Dengan nada tinggi, ia menceritakan kembali pengalaman pahitnya saat ditangkap dalam kondisi sakit parah akibat terpapar Covid-19.
“Ada lagi alasan, dia nggak ditangkap karena lagi sakit. Hei waktu saya ditangkap, saya sedang kena Covid, saya sedang sesak napas, saya sedang sulit untuk bernapas. Bahkan begitu saya seminggu ditahan di Polda Metro Jaya, di malam hari saya kehabisan napas karena penyakit Covid,” cerita Habib Rizieq.
Ia bahkan mengklaim adanya upaya pembiaran yang membahayakan nyawanya saat berada di dalam tahanan, sebuah pengalaman yang menurutnya sangat kontras dengan perlakuan yang diterima Silfester Matutina sekarang.
“Saya sudah teriak minta oksigen, 3 jam tidak dibawakan. Gak bisa napas, akhirnya saya minta bantuan tahanan untuk telepon pengacara saya, kirim oksigen. Akhirnya pengacara datang kirim oksigen, baru saya bisa bernapas,” ujarnya.
Habib Rizieq menduga kala itu dirinya sengaja dibuat kehabisan napas agar meninggal dunia, karena banyak yang menginginkan hal tersebut terjadi.
“3 jam sulit bernapas itu bukan hal kecil saudara. Sengaja mereka tidak berikan oksigen, karena mereka ingin saya mati. Kalau saya mati kehabisan napas, mereka alasan kena Covid,” lanjutnya.
Karena itu, amarah Habib Rizieq kembali memuncak dan menyerukan ketidakadilan aparat penegak hukum dalam tausiyahnya.
“Kurang ajar, setan. Sekarang giliran Silfester lagi sakit blabla, gue sakit juga ditangkap. Kalau begitu adil tidak?” teriak Habib Rizieq.
Puncak kemarahan Habib Rizieq memuncak saat ia secara terbuka menyerukan kepada jamaahnya untuk mengambil alih tugas penegakan hukum jika kejaksaan tidak segera bertindak.
Seruan ini disambut gemuruh takbir oleh para jamaah yang hadir.
“Kalau kejaksaan gak mau tangkap juga, saya mau ajak umat nih. Besok kita cari, kita tangkap ramai-ramai, kita jeblosin ke kejaksaan. Seret di jalan, setuju tidak? Siap cari Silfester? Siap tangkap Silfester? Siap seret bawa ke Kejaksaan? Takbir,” teriak Habib Rizieq.