Mereka sudah mengumpulkan data-data untuk penulisan buku ini sejak 2013.
“Buku ini barusan kami tulis, tapi sebenarnya apa yang ada itu merupakan pengalaman yang kita lihat, kita potret semenjak dari peristiwa-peristiwa dari tahun 2013,” kata Roy Suryo.
Lalu berisi tentang apa buku setebal 700 halaman ini?
“Jadi isinya adalah satu, ya, itu memuat dokumentasi tentang apa yang kami lakukan sejauh ini, mulai dari ketika isu pertama kali ini keluar, ya,” bebernya.
Isu ijazah Jokowi menurut Roy Suryo pertama kali keluar di sebuah diskusi yang diselenggarakan UII. Saat itu Jokowi mengatakan IPK-nya di bawah 2. Banyak kemudian yang berpikir kritis tentang hal ini, seperti dirinya, dikriminalisasi.
Buku juga memuat perjalanan ketiganya mengusut keaslian ijazah dan skripsi Jokowi.
“Analisis yang detail, kemudian perbandingan lintasan, ya. Kemudian Doktor Rismon banyak sekali menulis dengan kajian, ilmu digital forensiknya. Sangat panjang tentang kajian-kajian itu, termasuk penggunaan perbandingan dengan RGB, Red Green Blue, atau dengan perbandingan dengan apa namanya CMYK Cyan Magenta Yellow and Black, ya. Dari situ detail banget,” bebernya.
Kemudian Dokter Tifa menganalisis pula berdasarkan keilmuannya.
“Karena beliau seorang dokter dan M.Sc, ya, menggunakan untuk meneliti pola perilaku seseorang. Bahkan dihubungkan dengan pola Politik perilaku seseorang. Jadi, buku itu, insyaallah, akan menjadi sebuah referensi yang sangat menarik karena kami susun dengan bahasa yang teknis, tapi agak populer. Jadi, popular science,” katanya.
Dari 700 halaman ini apa yang paling menonjol? “Ya kesimpulannya adalah skripsinya 99,94 persen palsu, tidak mungkin menghasilkan ijazah asli. Itu aja, udah, yang paling penting, gitu,” katanya.
Jokowi’s White Paper jadi judul juga atas kesepakatan ketiganya.
“Kami ingin membersihkan kampus kami tercinta ini, semua segala yang ada, ya. Kami bertiga itu lulusan sini, ya, S1, S2-nya, semuanya dari UGM semua, ya. Jangan sampai ini dikotori, ya,” ujarnya.