BANDA ACEH — Permasalahan hoaks menjadi tantangan serius dalam transformasi digital Indonesia, dengan masih maraknya hoaks terkait isu politik, kesehatan dan penipuan digital.
Berdasarkan data Mafindo yang dimulai dari awal Januari hingga Juni tahun 2022, sebanyak 985 kasus dengan rata-rata 164 kasus hoax per bulan yang telah dilaporkan. Belum sampai setahun tetapi kasus rata-rata kasus yang dilaporkan sudah mendekati total keseluruhan kasus di tahun 2021.
Tema politik cukup mendominasi berdasarkan database Mafindo. Diperkirakan penyebaran hoax bertema politik ini akan semakin tinggi, apalagi menjelang Pemilu 2024.
Berbagai upaya dilakukan untuk menahan laju penyebaran hoaks, dan pendekatan tradisi lokal menjadi salah satu strategi penting.
Masyarakat Antifitnah Indonesia (Mafindo) menyelenggarakan Dialog Interaktif “Meningkatkan Literasi Digital Dalam Upaya Mempertahankan Kedamaian di Tanah Rencong pada Sabtu, 8 Oktober 2022 di Banda Aceh.
Adapun pembicara dalam acara tersebut antara lain Hendri Dermawan (Kabid Layanan E-Government, Diskominfo dan Persandian Aceh), AKBP Hamidi (Kasubdit Dirbinmas Polda Aceh), serta Boni Soehakso Notohatmodjo (Ketua Komite Organisasi dan PSDM – Mafindo) dan dihadiri perwakilan pemangku kepentingan atau pemangku kepentingan dan berbagai komunitas masyarakat.
Boni Soehakso Notohatmdojo selaku Ketua Komite Organisasi dan PSDM – Mafindo menjelaskan, dialog interaktif tersebut merupakan salah satu tujuan membuka ruang komunikasi publik untuk memahami nilai-nilai budaya dan nilai-nilai Agama yang sangat unik dan berbeda dari wilayah lainnya.
Aceh sudah terkenal sebagai daerah yang karakter masyarakatnya memegang teguh nilai-nilai agama sehingga Aceh disebut Serambi Mekkah tradisi lokal Aceh inilah yang digunakan mencegah dan menangkal hoaks.
“Kerentanan atas isu-isu yang mengatasnamakan agama, utamanya di era teknologi informasi melalui media sosial, untuk itu kita perlu menciptakan kesadaran bersama akan pentingnya literasi digital dan critical thinking,” jelas Boni Soehakso.