Penyelenggaran deklarasi Mafindo Aceh menjadi bagian dari komitmen Mafindo Aceh untuk terlibat aktif mencegah dan menangkal hoaks di media digital dengan mengangkat nilai-nilai budaya dan nilai-nilai agama.
Berdasarkan hasil Survey Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) pada tahun 2018, Aceh termasuk dalam 3 daerah yang rentan terpapar hoaks selain Jawa Barat dan Banten.
Kehadiran Mafindo Aceh sekaligus menunjukkan komitmen Mafindo Aceh dalam melakukan langkah-langkah preventif untuk berjejaring dengan segenap pemangku kepentingan di Aceh dan seluruh lapisan masyarakat Aceh
Panitia Pelaksana Deklarasi Mafindo Aceh, Destika Gilang Lestari, menjelaskan “Kami berharap kehadiran Mafindo Aceh yang diperkuat dengan PESAT Aceh dapat menjalin ruang komunikasi antara para pemangku kepentingan dan elemen-elemen masyarakat di Aceh untuk berperan aktif dalam menguatkan serta mengembangkan nilai-nilai budaya dan nilai-nilai agama dengan melakukan kegiatan Literasi Digital dan mengembangkan budaya berpikir kritis guna menangkal dan mencegah beredarnya hoaks di media digital.”
Gilang melanjutkan, “Harapannya, Mafindo Aceh dapat berbagi peran dan mencerdaskan kehidupan masyarakat dengan melakukan kegiatan Literasi Digital di Provinsi Aceh.”
Menjelang Pilkada Aceh 2024 dan Pemilihan Presiden 2024, hoaks bermuatan politik dan SARA (Suku, Agama, Ras dan Antar golongan) berpotensi besar muncul berbagai platform media sosial. Kini hoaks berkembang dari satu pesan grup atau media sosial ke beranda setiap orang dalam kecepatan detik. Jika tidak disikapi secara tepat, hal tersebut bisa menjadi tantangan berat bagi masyarakat, khususnya dalam menjaga stabilitas keamanan dan kenyamanan kehidupan di Aceh.
Salah satu langkah preventif yang bisa dilaksanakan adalah Program Peningkatan Literasi Digital bagi Masyarakat dengan harapan terjaga stabilitas keamanan dan kenyamanan kehidupan di Aceh. (IA)