Jakarta,Infoaceh.net — Ledakan di masjid SMA Negeri 72 Jakarta diduga kuat merupakan aksi kelompok teror Jamaah Ansharut Daulah (JAD) yang berafiliasi dengan ISIS. Serangan itu diduga sebagai bentuk balas dendam atas penembakan di sejumlah masjid di luar negeri.
Menurut Pengamat Terorisme, Al Chaidar, aksi tersebut memperlihatkan ciri khas ideologi takfiri—paham ekstrem yang kerap menganggap sesama Muslim di luar kelompok mereka sebagai kafir. “Dalam ideologi takfiri semacam ISIS, masjid di Indonesia dianggap belum sepenuhnya Islam. Karena itu bisa diserang,” ujarnya, Jumat (7/11/2025).
Al Chaidar menegaskan, dugaan keterlibatan JAD diperkuat oleh temuan senjata rakitan bertuliskan tiga nama pelaku penembakan masjid di luar negeri: Brenton Tarrant (pelaku di Selandia Baru), Alexandre Bissonnette (pelaku di Kanada), dan Luca Traini (pelaku di Italia).
“Setahu saya mereka memang melakukan persiapan untuk membalas dendam terhadap penembakan masjid di Kanada oleh Brenton Tarrant,” katanya.
Ia menjelaskan, meski kemampuan JAD di Indonesia dalam merakit bom selama ini tergolong terbatas, aksi kali ini menunjukkan adanya persiapan matang. “Dengan ledakan semacam ini, bisa disimpulkan bahwa mereka sudah mempersiapkannya dengan cukup serius,” jelasnya.
Namun, Al Chaidar mengakui kekuatan JAD sebenarnya sudah menurun dalam beberapa tahun terakhir. “Beberapa tahun lalu kemampuan mereka untuk melakukan serangan sudah hampir hilang. Tapi ledakan kali ini menunjukkan JAD mulai menggeliat lagi,” ungkapnya.
Karena itu, ia mendorong Polri—khususnya Densus 88 Antiteror—untuk segera bertindak cepat menelusuri jaringan yang mungkin masih aktif. “Ada kemungkinan sel tidur JAD kembali hidup. Densus 88 harus kembali menyisir anggota lama dan memantau pergerakan mereka,” ujarnya.
Al Chaidar menegaskan bahwa langkah pencegahan sangat penting agar kekuatan JAD tidak kembali tumbuh. “Kekuatan JAD di Indonesia harus terus diperlemah. Jangan sampai lengah terhadap potensi aksi terorisme,” tegasnya.



