Lhokseumawe — Menteri Agama Jenderal TNI (Purn) Fachrul Razi menyampaikan orasi ilmiah di hadapan wisudawan angkatan 4 Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Lhokseumawe, Jum’at, 11 Desember 2020.
Dalam orasi ilmiahnya, Fachrul mengatakan, Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Negeri (PTKIN) telah muncul sebagai pencerah di tengah masyarakat.
Bahkan, sebagian besar PTKIN, kata Fachrul, telah memiliki rumah moderasi beragama sebagai diseminator paham keagamaan yang moderat di masyarakat.
“Keberadaan rumah moderasi beragama sangat strategis di tengah kehadiran paham intoleransi dan radikalisme. Rumah moderasi akan memperkuat IAIN dalam membangun dialog lintas iman dan dialog agama dalam membangun harmoni untuk anak negeri di tengah multikulturalisme,” sebutnya.
Fachrul menjelaskan, sebagai negara yang kaya akan keberagaman, moderasi beragama harus dikedepankan.
“Moderasi beragama bukan agamanya yang dimoderatkan, tapi cara kita beragama yang harus dimoderatkan,” kata Fachrul.
Ia menjelaskan, untuk Aceh, soal kerukunan di Serambi Mekkah telah tuntas.
“Tidak lagi menjadi persoalan soal kerukunan di Aceh, sejak saya kecil tidak ada gesekan umat beragama,” ujar Fachrul.
Pada orasi ilmiah wisuda sarjana S2 dan S1 angkatan ke IV IAIN Lhokseumawe, Menteri Agama Fachrul Razi juga mengatakan para ahli meramalkan, Indonesia akan mendapatkan berkah dari “bonus demografi” pada tahun 2045.
Di tahun tersebut, angka usia produktif 15-64 tahun akan lebih besar daripada usia yang tidak produktif (usia 0-15 tahun dan usia 64 ke atas).
“Berkah ini akan mengantarkan pada Indonesia emas 2045, jika kita mampu mengelola sumber daya manusia dengan baik. Sebaliknya, jika kita tidak mampu mengelolanya dengan baik, justru akan mendatangkan musibah, menjadi beban negara karena tidak produktif,” kata Menag.
Berdasarkan survei The Mc Kinsey Global Institute, lanjut Menag, Indonesia diprediksi pada 2035 akan menempati peringkat ke-7 ekonomi dunia, setelah China, Amerika Serikat, India, Jepang, Brazil, dan Rusia. Perekonomian Indonesia akan ditopang oleh empat sektor utama, yaitu bidang jasa, pertanian, perikanan, serta energi.
Lahirnya kalangan muda yang produktif, professional, memiliki skill dan knowledge yang mumpuni serta critical system thinking yang bagus, sangat diperlukan. Apalagi, kelompok milenial Indonesia dikenal sangat akrab dengan media sosial dan juga sangat kreatif.
“Dalam konteks ini, IAIN Lhokseumawe diharapkan dapat menjadi sarana efektif untuk menyambut optimisme kita semua, menyambut Indonesia emas 2045,” ujar Menag.
“Serta menyambut masa depan Indonesia, melalui penyediaan kualitas layanan pendidikan tinggi yang mampu menjawab kebutuhan generasi anak zaman,” sambungnya.
Dijelaskan Menag, ikhtiar mewujudkan lembaga pendidikan tinggi keagamaan yang berkualitas menjadi keniscayaan apalagi di tengah kebutuhan untuk mengintegrasikan ilmu-ilmu sains, teknologi dan humaniora dengan ilmu-ilmu keislaman.
Pada saat yang sama, diperlukan juga upaya mengintegrasikan antara nilai-nilai keagamaan (religiusitas) dengan nilai-nilai kebangsaan.
“Di sinilah pentingnya keberadaan Ma’had Al-Jami’ah sebagai pendidikan berasrama (boarding) yang membekali pemahaman dan nilai-nilai keagamaan kepada para mahasiswa selama 24 jam per hari,” kata Menag.
Ditambahkan Menag, bagi mahasiswa yang mengambil prodi-prodi umum, maka Ma’had Al Jamiah akan membekali mereka dengan pengenalan dan semangat keagamaan yang baik.
Sementara bagi yang mengambil prodi-prodi Islamic Studies, Ma’had Al Jamiah akan menggodok mereka menjadi tafaqquh fiddin. Ma’had juga akan menjadi tempat persemaian terbaik nilai-nilai dan praktik moderasi beragama. Pemahaman Islam yang terbuka, damai, dan toleran akan menjadi asupan penting bagi mahasiswa.
“Saya ingin mengajak para pimpinan IAIN Lhokseumawe dan PTKIN pada umumnya, agar mampu meng-upgrade institusinya sebagai pusat kajian Islam moderat yang memperhatikan khazanah dan keragaman bangsa,” tandas Menag. (IA)