Banda Aceh — Musim dingin menyelimuti bumi Palestina dan Suriah di tengah konflik kemanusiaan menahun. Suhu di Palestina bisa mencapai 17 derajat celcius dan suhu di Suriah dapat menyentuh angka 5 derajat celcius.
Sementara itu, jutaan warga Suriah hidup dalam keprihatinan di kamp-kamp pengungsian. Sementara warga Palestina masih menjalani kehidupan di bawah penjajahan dan pengepungan zionis Israel di atas tanah mereka sendiri.
Kepala Cabang Aksi Cepat Tanggap (ACT) Aceh Lisdayanti mengajak masyarakat Aceh mengirimkan bantuan 1.000 paket pangan musim dingin bagi warga Palestina dan Suriah. Isi paket pangan berupa beras, sphagetti, daging kornet, minyak goreng, garam, gula, kacang-kacangan, saos, bahan, bahan dasar roti, selai, keju, dan teh. Harga paket pangan promo senilai Rp 560.000.
“Insya Allah, bantuan pangan ini dapat menjadi energi tubuh saudara-saudara kita dalam melawan cuaca dan udara dingin yang mengancam nyawa,” ujar
Lisdayanti, di Banda Aceh, Selasa (24/11).
Ia mengatakan warga di Palestina merasakan betul bagaimana penjajahan dan pengepungan zionis membuat perekonomian negeri mereka goyah. Kemiskinan meningkat dan membuat banyak keluarga kesulitan memenuhi kebutuhan pangan sehari-hari.
“Padahal, makanan menjadi salah satu kebutuhan yang mesti dipenuhi untuk melawan rasa dingin,” terangnya.
Ia menambahkan, pengepungan dan blokade zionis memaksa warga Palestina hidup dalam kemiskinan. Mereka kesulitan memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, apalagi logistik musim dingin di tengah pandemi covid-19.
Pun jika mereka bisa memiliki penghangat ruangan, listrik untuk menyalakannya tak ada karena dibatasi ketersediaannya oleh zionis.
Penyaluran bantuan dapat melalui rekening Bank Aceh Syariah 01001930009205, BNI Syariah 6600011008, dan Mandiri Syariah 7089786023 atas nama Aksi Cepat Tanggap. Konfirmasi donasi melalui WhatsApp 082283269008, Telepon 0651-7315352, atau melalui instagram @act_aceh.
Dijelaskan, kondisi Suriah juga tidak kalah memprihatinkan. Mereka masih diuji dengan konflik dan krisis kemanusiaan, membuat jutaan warga hidup dalam keterbatasan.
Jauh dari rumah yang memberikan kehangatan, banyak yang tinggal di tenda-tenda pengungsian ala kadarnya. Di tenda-tenda pengungsian, mereka berjuang melawan dinginnya udara dan cuaca dengan perut lapar.
“Selama ini mereka mengandalkan bantuan kemanusiaan untuk memenuhi kebutuhan pangan di kamp pengungsian,” terangnya.
Warga di Suriah terkatung-katung nasibnya di kamp-kamp pengungsian. Mereka bertahan melanjutkan kehidupan dengan segala keterbatasan, mengandalkan bantuan kemanusiaan. Dingin udara mengancam mereka yang tinggal di dalam tenda-tenda yang jauh dari kata layak untuk melindungi diri.
“Tegakah kita membiarkan mereka menghadapi musim dingin ini sendirian,” tuturnya.
Dalam hadits yang diriwayatkan Bukhari dan Muslim disebutkan, perumpamaan orang-orang yang beriman di dalam saling mencintai, saling menyayangi dan mengasihi adalah seperti satu tubuh, bila ada salah satu anggota tubuh mengaduh kesakitan, maka anggota-anggota tubuh yang lain ikut merasakannya, yaitu dengan tidak bisa tidur dan merasa demam.
“Jangan biarkan saudara-saudara kita di Palestina dan Suriah berjuang sendiri menghadapi ganasnya musim dingin yang mengancam,” tutupnya.
Plt Ketua Majelis Adat Aceh (MAA) Prof Dr Farid Wajdi Ibrahim juga menyerukan umat Islam memberikan dukungan moral dan doa kepada rakyat Palestina dan Suriah.
“Mari menjadi dermawan, membagi rasa, kepada saudara-saudara kita dari zaman ke zaman ditimpa musibah di Palestina dan Suriah, yang paling dibutuhkan menghadapi musim dingin, dengan mengirimkan bantuan paket pangan kepada mereka” harapnya. (IA)