“Tapi sekarang deviasi pekerjaannya sudah makin baik. Kemarin itu 20 persen, sekarang deviasinya tinggal 6 persen. Jadi upaya mengejar target di akhir tahun itu semakin berpeluang, dan harapan kita dapat dikejar ketertinggalan progres pelaksanaannya,” sebut Junaidi.
Meskipun demikian, tambah Junaidi, pihaknya sempat khawatir untuk pengerjaan kapal tersebut dapat selesai. Sehingga saat itu, ia melaporkan hal tersebut kepada Plt Gubernur Aceh, terkait peluang penyelesaiannya, supaya bisa diantisipasi kendala yang dihadapi.
“Kita akhir tahun ini harus selesai. Sedapat mungkin bisa dimobilisasi ke Aceh. Karena dengan adanya penambahan tenaga dan waktu kerja saat ini, mudah-mudahan bisa,” ujarnya.
Apalagi tambahnya, masyarakat di Pulau Banyak dan Aceh Singkil sangat mengharapkan adanya transportasi laut tersebut. Karena selama ini mereka sangat terisolir, akibat keterbatasan kapal berlayar yang hanya 2-3 kali dalam seminggu.
“Pemerintah dan masyarakat di sana, sangat mengharapkan supaya Pulau Banyak tidak terisolir lagi, punya kapal bisa melayani setiap hari, dan bisa menumbuhkan usaha pariwisata,” imbuhnya.
Diketahui, di akhir Oktober 2019 lalu, Pemerintah Aceh telah menyiapkan 3 unit kapal penyeberangan untuk melayani rute pelayaran di tiga pulau di Aceh, yaitu Singkil – Pulau Banyak, Balohan Sabang – Pelabuhan Ulee Lheue dan Lintasan Barat ke Pulau Simeulue.
Tiga kapal ferry ro-ro yang dipesan Pemerintah Aceh, masing-masing berkapasitas 1.300 GT, kapal yang diberi nama Aceh Hebat 1 ini dikerjakan oleh PT MOS. Kapal ini akan melayani rute Labuhan Haji – Simeulue atau Kuala Bubon – Simeulue demikian pula sebaliknya.
Sedangkan Aceh Hebat 2 yang memiliki bobot 1.100 GT, dikerjakan oleh PT Adiluhung Saranasegara di Bangkalan, dan akan melayani pelayaran dari rute Ulhee Lheue ke Balohan.
Terakhir, Aceh Hebat 3 yang berbobot 600 GT dikerjakan oleh PT Citra Bahari Shipyard di Tegal, akan melayani rute Singkil ke Pulau Banyak.
KMP Aceh Hebat merupakan perwujudan dari program peningkatan konektivitas wilayah di bawah Dinas Perhubungan Aceh. Kapal itu diharapkan mendorong peningkatan pertumbuhan ekonomi wilayah- wilayah terdepan dan kelancaran akses antar pulau di Aceh. [IA]