Untuk diketahui, General Jaako merupakan mantan Ketua Aceh Monitoring Mission (AMM) yang pernah menerima penghargaan Bintang Jasa Utama Pemerintah Republik Indonesia tahun 2007 lalu dari Panglima TNI waktu itu, Marsekal Djoko Suyanto.
Menanggapi pertemuan CMI, Wali Nanggroe menyebutkan, kunjungan tim CMI kali ini adalah hal yang sangat positif bagi Aceh. Kepada Wali Nanggroe, General Jaako mengatakan, hasil pertemuan tersebut akan menjadi catatan laporan CMI.
Sama seperti pernyataan-pernyataan sebelumnya, CMI menyebutkan perdamaian yang diraih Aceh merupakan contoh paling bagus dalam penanganan konflik bersenjata yang terjadi di berbagai belahan dunia.
Saat ini CMI juga sedang berupaya menengahi konflik yang terjadi di berbagai negara, salah satunya di Myanmar. Penyelesaian perdamaian Aceh dijadikan sebagai salah satu rule model dalam upaya tersebut.
“Hal itu menjadi indikasi, secara tidak langsung perdamaian Aceh ini terus mendapat pantauan dunia internasional,” sebut Wali Nanggroe.
Terkait butir-butir MoU Helsinki yang belum terselesaikan, Wali Nanggroe mengatakan telah melaporkan kepada CMI dalam pertemuan tersebut.
“Kita sudah laporkan semuanya kepada mereka, sekarang terpulang kepada mereka. Mereka ingin tahu juga, apa-apa saja yang belum diselesaikan. Setiap tahun mereka selalu bertanya tentang perkembangan perdamaian Aceh, berarti mereka masih ada tanggung jawab,” tambah Wali Nanggroe.
Perdamaian yang telah diraih, dan perkembangan terkini yang dicapai, kata Wali Nanggroe adalah kepentingan orang Aceh.
Oleh karenanya, ia kembali mengajak seluruh pihak untuk terus menjaga dan merawat perdamaian yang saat ini telah berusia 17 tahun, dan mampu dipertahankan dengan baik.
“Walaupun kadang-kadang ada juga pihak-pihak tertentu yang ingin mengganggu, tetapi sampai hari ini kita dapat menghadapinya,” tegas Wali Nanggroe. (IA)