Biasanya, embrio manusia melakukan implantasi sekitar hari ke-5 hingga ke-6 setelah pembuahan. Pada tahap ini, ukurannya hanya 100 hingga 200 sel, terlalu kecil untuk terlihat lewat USG.
Sebelumnya, ilmuwan hanya bisa mengamati lima hari pertama perkembangan embrio di laboratorium. Namun, model rahim buatan yang dikembangkan tim Ojosnegros memperluas jendela pengamatan hingga tahap implantasi. Teknologi ini bisa digunakan dalam bentuk gel datar untuk melihat interaksi 2D, atau dalam bentuk droplet yang memungkinkan observasi 3D.
Ketika blastokista ditempatkan di atas gel datar, terlihat embrio menempel lalu menembus permukaan kolagen. Sementara dalam droplet, embrio seakan menarik serat kolagen ke arah pusatnya, seolah sedang membentuk ulang lingkungan di sekitarnya.
Peneliti utama, Amélie Luise Godeau dari BIST, menduga bahwa embrio secara aktif membangun hubungan antara jaringan ibu dan dirinya. Meski begitu, bagaimana dinding rahim merespons masih belum bisa dipastikan, karena matriks kolagen yang dipakai bukan berasal dari sel rahim manusia.
Namun keterbatasan itu justru menjadi peluang. Komposisi matriks bisa dimodifikasi untuk menguji bagaimana embrio merespons lingkungan atau zat tertentu yang mungkin meningkatkan keberhasilan implantasi.
“Misalnya, melalui perusahaan rintisan kami, Serabiotics, bersama perusahaan farmasi Grifols, kami mengembangkan suplemen protein yang bisa digunakan di klinik untuk meningkatkan tingkat keberhasilan implantasi,” ungkap Ojosnegros, yang juga salah satu pendiri Serabiotic.
Tim peneliti berambisi untuk terus mempelajari proses implantasi ini, demi memahami lebih dalam tahap awal kehidupan manusia yang misterius sekaligus krusial.