Kedua, Pj Walikota Banda Aceh dinilai tidak serius menjalankan penegakan syariat Islam, terbukti dari beberapa kasus pelanggaran syariat Islam yang terabaikan bahkan di Taman Sari yang letaknya depan kantor walikota sendiri dilakukan aksi joget ria dan telah mencoreng marwah Pemko Banda Aceh.
Bahkan kasus pelecehan seksual, pesta mitas hingga PSK online kembali marak terjadi, hal ini menunjukkan semakin tidak takutnya orang melanggar syariat Islam karena tidak adanya ketegasan dari Pemko Banda Aceh.
Ketiga, Pj Walikota malah bermimpi akan melakukan pembangunan flyover dan under pass baru di depan kantor Gubernur yang tentulah hal itu bukan program rasional dan logis untuk seorang Pj Walikota yang dititipkan pemerintah pusat dengan batasan waktu tertentu, apalagi hal itu tidak masuk dalam RPK Banda Aceh 2022-2026.
“Sementara faktanya sejumlah program kerakyatan dan keagamaan yang sudah ada di APBK tahun 2022 banyak yang tidak terealisasi hingga Desember 2022, membuktikan bahwa janji Pj Walikota tidak memangkas program kerakyatan dan keagamaan (sarana ibadah) hanya omong kosong belaka,” ungkapnya.
Belum lagi banyak titik jalan di kota Banda Aceh semakin menjamur lubang dan sangat mengganggu masyarakat pengguna lalu lintas, bahkan berpotensi akan memakan korban jiwa.
Keempat, Pj Walikota sibuk membanggakan DAK tahun 2023 sebesar Rp 47,9 miliar, padahal jumlahnya menurun dibandingkan 2022 yang mencapai sekitar Rp 70 miliar dan bahkan DAK 2023 sebenarnya memang sudah diproses melalui aplikasi Krisna sejak awal 2022, sehingga menunjukkan klaim Pj Walikota Bakri Siddiq terkait dana jemputan tak mendasar.
Ditambah lagi pada tahun anggaran 2023 Dana Insentif Daerah (DID) untuk Banda Aceh nol, padahal sebelumnya Pemko Banda Aceh mendapat kucuran DID sekitar Rp 30 miliar.
Kelima, Pj Walikota dinilai hanya peduli kepada kesejahteraan PNS dan terkesan tidak peduli dan peka dengan persoalan rakyat.
Untuk itu, sejumlah mahasiswa yang melakukan demo mendesak Pj Walikota Bakri Siddiq bangun dari khayalan dan halusinasi tingkat tingginya.