Kabid Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinkes Aceh dr Iman Murahman, menyampaikan 31 kasus merupakan data yang diterima dari Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) dr Zainoel Abidin Banda Aceh.
“Namun dari data itu yang sudah verifikasi sampai kemarin baru 29, karena dua lagi kasus belum ada datanya,” kata Iman Kamis (20/10), seperti dilansir dari Kumparan.
Iman menuturkan, 29 kasus yang sudah diverifikasi tersebut para penderita berasal dari sejumlah kabupaten/kota di Aceh. “Angka kematian cukup tinggi ada 20 kasus,” ujarnya.
Iman mengungkapkan, pihaknya belum mengetahui penyebab pasti dari penyakit tersebut hingga adanya pasien meninggal dunia.
“Penyebabnya pastinya belum tahu. Kita ikuti arahan Kemenkes, untuk sementara memang penggunaan yang berbentuk sirup dihentikan dulu,” kata dia.
Iman mengimbau, jika masih ada orang tua yang menggunakan obat dalam bentuk sirup maka penggunaannya harus sesuai rekomendasi atau resep dari dokter.
“Sebaiknya penggunaan Paracetamol sirup tetap menggunakan panduan dari dokter yang sudah sering dikonsultasikan kesehatan keluarga masing-masing,” ungkapnya.
Sementara Ketua IDAI Aceh Dr Syafruddin Haris SpA(K) mengatakan rata-rata penderita gagal ginjal yang dirujuk ke RSUDZA berusia satu sampai dua tahun.
“Penyebarannya terjadi pada anak usia 1-2 tahun persentasenya sekitar 50 persen, dan di bawah satu tahun sekitar dua atau tiga kasus, bahkan juga ada anak berusia delapan bulan. Tapi Alhamdulillah kondisinya sudah membaik,” katanya.
Dikatakan Syarifuddin, selama ini pasien terbanyak menjalani perawatan di RSUDZA berasal dari Banda Aceh dan Aceh Tengah.
Gejala pasien dalam kondisi demam, masalah saluran pencernaan, napas, hingga masalah susunan saraf pusat.
“Pasien yang dirujuk ke RSUDZA umumnya dalam kondisi parah. Saat ini ada satu anak sedang menjalani perawatan di ruang PICU dan beberapa lainnya di ruang anak,” pungkas Syarifuddin. (IA)