Rektor UIN Ar-Raniry Harap Konferensi AMAN Assembly Lahirkan Rekomendasi Bagi Palestina
Organisasi ini didirikan pada tahun 1990. Sudah hampir 33 tahun berlalu. Dan organisasi ini telah menjadi jaringan tidak hanya di Asia, tetapi juga di luar Asia.
Saat ini, anggota AMAN sudah ada di berbagai negara dan jaringan. Serta terus berkembang. Menurutnya, ada tiga poin tujuan AMAN. Pertama, tujuan Aman adalah membangun pemahaman dan solidaritas di antara umat Muslim dan komunitas agama lain di Asia.
”Kami didirikan oleh para sarjana dan aktivis. Bahwa kami memiliki kombinasi sarjana, akademisi, dan juga aktivis,” ucapnya.
Dirinya juga menerangkan sejumlah sejumlah program terkait dengan Sekolah HAM, Studi Perdamaian, Fellowship Penelitian, dan banyak lainnya. Jadi, AMAN berdiri dan mendorong muslim progresif untuk fokus pada dialog intra dan antar konflik, resolusi konflik, pembangunan perdamaian, dan pemberdayaan perempuan. Hal itulah yang menjadi alasan AMAN, bekerja sama dengan sejumlah universitas untuk mengadakan konferensi seperti ini.
”Saat ini, Aceh memiliki sejarah yang sangat khas terkait dengan konflik sebelumnya dan tsunami. Jadi kami ingin konferensi ini membuat suara Aceh lebih besar, membuat suara umat Muslim berada pada posisi tinggi bahwa Aceh sekarang adalah Tanah Perdamaian,” pungkasnya.
Turut hadir dalam pertemuan ini, Presiden The Asian Muslim Action Network (AMAN), Prof Amelia Fauzia MA, Rektor UIN Ar-Raniry Banda Aceh Prof Dr Muiburrahman MAg, Direktur AMAN Indonesia, Ruby Kholifah.
Dekan Fakultas Hukum dan Syariah UIN Ar-Raniry, Prof Dr Kammaruzzaman serta sejumlah peserta dari 20 negara yang hadir dalam agenda tersebut.
Dalam kesempatan tersebut, hadir juga tenaga Ahli Menteri Agama Bidang Teknologi Informasi Mariana Ariestyawati. Pada sesi Planery pertama menghadirkan Ketua Lakpesdam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), Ketua Pengurus Pusat (PP) Muhammadiyah, Prof Dr Syafiq A Mughni MA PhD dan Dekan Fakultas Pendidikan Universitas Islam Indonesia Internasional Prof Nina Nurmila MA PhD. Ketiganya membicarakan tentang religious inclusion dengan mengambil kacamata Indonesia. NU dan Muhammadiyah telah berkontribusi sangat positif.