Rumoh Geudong, Sejarah Kekejaman DOM yang Dihilangkan
Rumoh Geudong, yang dulunya dikenal sebagai pos militer pada masa Daerah Operasi Militer (DOM), kini telah bertransformasi menjadi taman memorial seluas lebih dari 7.000 meter persegi. Di dalamnya terdapat masjid, taman damai, ruang edukasi HAM, serta monumen peringatan sebagai saksi bisu atas tragedi yang pernah terjadi.
“Kita tidak sedang membuka luka lama, melainkan membangun jembatan kemanusiaan dan persaudaraan yang sempat terkoyak,” ujar WamenHAM Mugiyanto.
Ia menekankan bahwa Memorial Living Park bukan hanya bentuk pengakuan negara, tapi juga ruang bersama untuk pemulihan yang bermartabat dan berkelanjutan.
Wakil Gubernur Aceh, Fadhlullah, yang berasal dari Glumpang Tiga—lokasi berdirinya Rumoh Geudong—menyampaikan kesaksian menyayat tentang masa lalu yang ia alami sebagai remaja.
“Di sinilah saya menyaksikan sendiri kezaliman yang terjadi. Kami, anak-anak kampung ini, sering dibariskan oleh aparat saat operasi militer berlangsung,” kata Fadhlullah, dengan suara bergetar.
Ia juga menuntut janji negara kepada para korban yang belum mendapatkan kompensasi, sebagaimana yang dijanjikan Presiden Jokowi dalam kunjungan ke Rumoh Geudong pada 2023. “Mereka datang kepada kami. Ratusan yang diajukan, tapi sebagian besar belum menerima apa pun,” ungkapnya.
Menko Yusril Ihza Mahendra menyampaikan bahwa pembangunan Memorial Living Park adalah langkah nyata untuk menghormati para korban dan mengingat sejarah kelam dengan cara yang manusiawi.
“Ini bukan sekadar taman, tapi ruang ingatan kolektif. Kita tak ingin masa lalu yang gelap itu berulang. Ini bagian dari komitmen pemerintah menyelesaikan pelanggaran HAM secara beradab,” ujar Yusril.
Ia juga menekankan pentingnya merawat memorial tersebut agar tidak menjadi bangunan kosong tanpa makna. Pemerintah pusat akan mengalokasikan anggaran untuk pemeliharaan dan pengelolaan berkelanjutan.
Sebagai bentuk nyata pemulihan, pemerintah menyerahkan bantuan sosial kepada 1.312 kepala keluarga di sekitar kawasan memorial. Selain itu, tali asih disalurkan kepada 27 korban Rumoh Geudong dan 57 korban tragedi Simpang KKA yang belum masuk skema kompensasi resmi.