Rusia Tak Gentar Trump Kerahkan 2 Kapal Selam Nuklir AS, Malah Beri Respons Menohok
Sementara itu, Vodolatsky menegaskan bahwa akan lebih logis bagi AS untuk berfokus pada upaya yang sedang berlangsung, termasuk pembentukan kelompok negosiasi Rusia-Amerika dan kunjungan delegasi ke Rusia dan Amerika Serikat.
“Dan penyusunan perjanjian utama yang harus disepakati antara Rusia dan Amerika agar seluruh dunia tenang dan berhenti membicarakan pecahnya Perang Dunia III,” imbuh dia.
Pertikaian dimulai ketika Mededev, yang kini menjabat sebagai wakil ketua Dewan Keamanan Nasional Rusia, mengunggah postingan di X awal pekan ini dalam bahasa Inggris bahwa “setiap ultimatum baru Trump merupakan ancaman dan langkah menuju perang” antara AS dan Rusia.
Mededev menyampaikan komentar tersebut menanggapi Trump yang memperpendek batas waktu gencatan senjata antara Rusia dan Ukraina dari 50 hari menjadi sepuluh hari, yang akan berakhir pekan depan.
“Trump sedang memainkan permainan ultimatum dengan Rusia: 50 hari atau 10 hari. Dia harus mengingat 2 hal: 1. Rusia bukanlah Israel atau bahkan Iran. 2. Setiap ultimatum baru merupakan ancaman dan langkah menuju perang. Bukan antara Rusia dan Ukraina, melainkan dengan negaranya sendiri. Jangan terjebak dalam situasi seperti Sleepy Joe!,” tulis Medvedev di X, mengacu pada mantan presiden AS Joe Biden.
Lebih lanjut, pada hari Kamis, dia mengomentari pernyataan Trump tentang ekonomi Rusia dan mendesak pemimpin Amerika tersebut untuk tidak melupakan bahaya “kematian”.
“Tentang ‘ekonomi mati’ India dan Rusia dan ‘memasuki wilayah berbahaya’-baiklah, biarkan dia mengingat film favoritnya tentang mayat hidup, dan betapa berbahayanya ‘Dead Hand’ yang legendaris,” tulis Medvedev, mengacu pada sistem komando serangan nuklir semi-otomatis Rusia.