MEKKAH — Jamaah Haji Kloter 5 asal Embarkasi Aceh (BTJ-05) telah tiba ke Madinah, disusul Kloter 6. Tamu Allah ini akan pulang via Madinah akhir bulan ini dan awal bulan depan.
Sementara Kloter yang duluan ke Madinah seperti Kloter 1, 2, 3 dan 4 tinggal menanti jadwal kepulangan ke tanah air mulai Selasa, 26 Juli 2022.
Selama di Mekkah, setelah puncak haji dan ibadah lainnya, jamaah agendakan ziarah, termasuk ke Thaif. Belum lengkap rasanya kalau sudah ke Mekkah tidak sampai di Kota Thaif.
Thaif merupakan salah satu kota yang memiliki hawa sejuk layaknya Kota Takengon Aceh Tengah.
Letaknya antara Pegunungan Asir dan Pegunungan Al Hada, kota yang miliki kisah unik sebelum Rasulullah Isra’ Mi’raj ini, 67 kilometer dari Kota Makkah atau 1 jam 45 menit bila naik bus.
Terkenal dengan perkebunan kurma, delima, aneka sayuran dan ada pohon zaqqum, pohon berduri yang hidup di bebatuan pohon ini tersebut dalam Al-Qur’an di Surah al Waqi’ah ayat 52-56.
‘Menu’ ini sebagai makanan penghuni neraka yang rasanya sangat pahit.
Hawa sejuk yang dialami, persis ketika kita memasuki Bener Meriah dan Takengon Aceh Tengah, yang suhu mencapai 20 derajat Celsius sehingga membuat kulit kering.
Karena udaranya yang sejuk sehingga kota Thaif merupakan tempat peristirahatan penduduk Mekkah dan sekitar bahwa banyak cotagge atau bungalow yang di bangun khusus bagi pengunjung.
Di sini juga sering dilakukan pertemuan bilateral dan mancanegara.
Thaif dalam sejarah perjuangan Rasulullah memiliki catatan yang menarik hingga para jamaah termotivasi untuk datang ke kota dingin tersebut.
Tiga tahun sebelum hijrah, Rasulullah Saw pernah melakukan perjalanan ke Thaif untuk mengembangkan dakwah ke Qabilah Tsaqif.
Namun Baginda Nabi ditolak, bahkan Rasulullah dilempar dan mengenai betisnya hingga berdarah.
Peristiwa ini terjadi tidak lama pasca meninggalnya istri beliau Khadijah dan pamannya Abu Thalib sang pelindung utama dari dakwah beliau. Kisah ini terjadi sebelum Isra’ Mi’raj Nabi.
Saat kaum Tsaqif melempar Rasulullah dengan brutal, maka Zait bin Harisah menjadi pelindung akibat serangan kaum tersebut. Dan akhirnya Rasulullah harus berlindung dan bersembunyi di kebun milik Utbah bin Rabiq.