Boy menyampaikan Aceh juga memiliki penduduk multikultural yang hidup secara harmonis dan mengedepankan toleransi antar umat beragama. Ia ingin semua kekayaan lokal Aceh bisa dirawat dengan baik.
“Hal ini tentunya harus kita rawat bersama dalam kerangka negara kesatuan republik Indonesia di bawah naungan Pancasila sebagai ideologi pemersatu bangsa,” ujarnya.
Lebih lanjut, jenderal polisi bintang tiga itu ingin agar semua tokoh masyarakat dan tokoh agama di Aceh dapat berpartisipasi aktif dalam merawat kebersamaan dan kedamaian di lingkungan masing-masing.
Sebab, memastikan Aceh aman dari paham radikal dan intoleran dari kelompok teroris adalah bagian dari jihad dan merawat nasionalisme.
“Pentingnya mempertahankan nasionalisme ini tentu akan mampu mencegah kelompok radikal terorisme masuk ke masyarakat,” tuturnya.
Di hadapan para hadirin, Komjen Boy Rafli Amar mengingatkan, saat ini sasaran utama jaringan teroris di Indonesia masih menyasar kaum muda. Sebab, kalangan bangsa tersebut masih cukup rentan dicuci otaknya agar mau mengikuti ideologi kelompok teroris. Salah satunya ia sebut kasus di Polsek Astana Anyar yang menewaskan sendiri pelaku bom bunuh diri.
“Peristiwa tersebut menjadi bukti nyata ancaman kelompok radikal terorisme tetap memiliki potensi melakukan aksi terorisme dimana saja dan kapan saja sekalipun telah menjalani masa pidana,” ucapnya.
Boy juga berharap proteksi anak-anak muda harus terus ditingkatkan, khususnya di dalam mempelajari dan memahami agamanya masing-masing. Upaya itu dilakukan agar paham-paham radikalis dan teroris tidak mudah mempengaruhi kaum muda Indonesia.
“Ancaman terorisme juga masih menargetkan partisipasi generasi muda, salah satunya melalui dunia maya yang termanifestasi dalam propaganda, pendanaan terorisme, hingga akhirnya terekrut dan secara sukarela melakukan aksi teror dengan mengatasnamakan agama,” paparnya.
Boy mengajak semua pihak agar terus meningkatkan kewaspadaan dan deteksi dini terhadap paham radikalis, intoleran dan teroris di lingkungan masing-masing. (IA)