Sabang, Infoaceh.net – Proyek pembangunan asrama Dayah Al Mujaddid di Kota Sabang yang menelan anggaran Rp1,52 miliar terindikasi bermasalah.
Bangunan megah tempat para santri Dayah Al Mujaddid menimba ilmu agama yang seharusnya menjadi wadah mencetak generasi berakhlak mulia, justru diwarnai dugaan praktik curang oleh pihak kontraktor yang semestinya meneladani nilai kejujuran dan tanggung jawab.
Berdasarkan hasil pemeriksaan BPK RI Perwakilan Aceh, ditemukan kekurangan volume pekerjaan sebesar Rp71.819.815 dari proyek bernilai Rp1,52 miliar yang dikerjakan oleh CV AJ.
Pekerjaan ini berdasarkan Kontrak Nomor 02/SP/KONST.LPAPD/PUPR-SBG/2024 tertanggal 19 Juli 2024 dan dinyatakan selesai 13 Desember 2024.
Namun pemeriksaan fisik pada 15 Februari 2025 mengungkap bahwa sebagian pekerjaan tak sesuai dengan volume yang dibayarkan negara.
Pemeriksaan uji petik atas dokumen pertanggungjawaban serta fisik bangunan dilakukan pada 15 Februari 2025, bersama pihak Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan (PPTK), penyedia jasa, dan konsultan pengawas.
Hasilnya menunjukkan adanya kekurangan volume pekerjaan yang menimbulkan potensi kerugian keuangan daerah.
Dikonfirmasi terpisah, Denny, perwakilan CV AJ, membenarkan bahwa temuan BPK tersebut memang belum diselesaikan.
“Iya, belum Deni Bayar, bulan November baru kami selesaikan,” kata Deni, Jum’at (17/10).
Deni yang tengah mengerjakan pembangunan lanjut RSUD Sabang senilai Rp3,9 miliar lebih, mengaku belum memiliki uang untuk menyelesaikan kewajiban membayar kembali terhadap temuan BPK itu.
“Ini lagi belum ada uang bang. Ini mau penarikan rumah sakit dulu,” ujar Deni sembari meminta temuan ini tidak dipublikasikan.
Proyek asrama ini menjadi perhatian publik karena berlokasi di lembaga pendidikan agama, tempat generasi muda menuntut ilmu.
Pemerhati publik menilai, pekerjaan yang tidak sesuai volume berpotensi mencederai kepercayaan masyarakat terhadap pengelolaan dana pembangunan fasilitas pendidikan di lingkungan keagamaan.
Kekurangan itu bukan sekadar soal angka, tapi mencerminkan retaknya integritas di ruang yang seharusnya dijaga kesuciannya.
Dayah adalah tempat menanamkan nilai amanah dan kejujuran, bukan ajang mencari keuntungan dengan mengurangi kualitas pekerjaan.
Kini, asrama itu memang berdiri megah, namun di balik temboknya tersimpan kisah tentang kejujuran yang diruntuhkan oleh kepentingan pribadi.
Aparat terkait semestinya tak tinggal diam. Pengawasan harus ditegakkan, dan penyedia wajib diminta mempertanggungjawabkan kekurangannya.
Karena di tanah tempat santri belajar tentang keikhlasan dan kejujuran, tidak sepantasnya berdiri bangunan yang lahir dari kecurangan.