BANDA ACEH — Wakil Menteri Agama (Wamenag) Dr H Darut Tauhid Sa’adi MSi membuka resmi Bimtek Pengelolaan Perpustakaan Masjid se Aceh, Sabtu malam, 22 Januari 2022, di Hotel Grand Arabia Blang Padang Kota Banda Aceh.
Setelah membuka bimbingan teknis (bimtek), Wamenag yang baru tiba dari wisudawan di Dayah Darul Munawwarah Kuta Krueng Ulee Gle itu, juga menyaksikan penandatanganan nota kesepahaman, antara Kanwil Kemenag Aceh dan Dinas Arsip dan Perpustakaan (Arpus) Aceh.
Teken nota kesepahaman Memorandum of Understanding (Mou) tentang Peningkatan Layanan Perpustakaan Masjid ini, setelah sambutan Kakanwil Kemenag Aceh Dr H Iqbal SAg MAg dan arahan Wamenag.
Penandatanganan dilakukan antara Kakanwil Kemenag Aceh dan Kadis Arpus Aceh Dr Edi Yandra S STP.
Dalam arahannya, Wamenag sampaikan rasa syukur dan apresiasi atas terselenggaranya, untuk perdana, bimbingan teknis (bimtek) semacam ini, serta dilanjutkan dengan jalinan kemitraan dengan badan terkait, dinas perpustakaan.
“Saya mengapresiasi dan sampaikan terima kasih pada Direktorat Urusan Agama Islam dan Pembinaan Syariah (Urais Binsyar) Ditjen Bimas Islam untuk yang kali perdana ini, digelar bimtek pengelolaan perpustakaan masjid di Indonesia,” ucap Zainut di depan 23 peserta se-Aceh, Plt Kabag TU, para Kabid, unsur Biro Setda Aceh, Dinas Syariat Islam (DSI) Aceh, Dinas Dayah Aceh, serta undangan.
Seperti harapan Kakanwil dalam sambutannya, harap Wamenag lagi, kita akan adakan bimtek serupa, selanjutnya di Sabang.
“Terima kasih juga pada Direktorat Urais atas sudah menginisiasi kerja sama antara Kanwil dan Dispersip,” imbuh Wamenag, yang sehari sebelumnya juga berikan pembinaan di kanwil, usai jumatan.
“Rasa syukur saya juga, saya ucapkan sebab ikut menyaksikan penandatanganan MoU, guna penguatan program literasi Kemenag,” sambungnya.
Sebut Wamen, masjid merupakan pusat peradaban Islam. Masjid untuk membangun peradaban dan pilar menguatkan umat.
“Aceh kaya akan bukti peradaban ini. Banyak literatur, enskripsi, dan artefak yang menunjukkan Aceh melimpah literasi karya ulama masa lalu,” ungkap Zainut.
Wamenag menyinggung kecenderungan warga dalam manfaatkan literasi digital. Bahwa ini (perpustakaan ini) menginsiasi kita bersama dalam menyahuti era digitalisasi, lalu kita kawal bersama.
Sebutnya lagi, kini kian meningkat para pengguna internet, yang naik pertahun sampai 11 persen, kini mencapai 200-an juta pengguna di Indonesia.
“Pandemi membuat digitalisasi bisa lebih cepat dari target, 10 tahun,” katanya, dikaitkan dengan kecenderungan ibu/bapak dalam pemakaian android dan internet.
Menurut Wamenag, literasi keagamaan bisa mencerdaskan umat, juga kian membijakkannya dalam bermedsos.
“Dengan ini kita bisa menyaring informasi yang valid, menyaring dari info yang hoaks,” ajaknya.
“Penggunaan internet kini mendapatkan informasi kian terbuka, yang itu bisa benar, bisa salah. Di dalamnya banyak informasi yang disampaikan oleh pihak yang tidak miliki otoritas,” ujarnya.
“Pemahaman agama yang sempit, bisa menggiring pengguna ke arah yang salah. Dalam dunia digital, kita tidak bisa mengkonfirmasi ulang informasi itu,” sambungnya.
“Ini berbeda jika kita dapati informasi agama langsung dari guru, abu, tuan guru, ustadz, kiai. Kita bisa menanyakan, berdiskusi, dan dialog langsung,” singgung Zainut yang masuk pengurus MUI Pusat itu.
“Inilah hoaks didapatkan karena kita kadang tak semua bijak dan belum bisa menyaring, memilah dan memilih. Kita tidak bijak kadangkala dalam bermedsos. Maka saring sebelum sharing, saring sebelum siarkan.
Tentang perpustakaan masjid, ajak Wamenag, ini bisa dilokasikan di tempat yang strategis, di masjid. Jangan di tempat terpencil, yang tidak menarik minat jamaah.
Terakhir, ajaknya mari kita tanamkan dalam diri kita, bahwa kita punya hajat besar. Hajat akan perpustakaan masjid yang kita bisa dan terus upayakan bisa cepat terwujud.
“Ini jadi perhatian kami. Dan selamat bagi pelaksana kegiatan ini, Direktorat Urais Binsyar, dan Kanwil, dalam upaya peningkatan literasi,” pungkasnya.
Sementara sebelum itu, Kakanwil sampaikan terima kasih pada Direktorat Urais Dirtjen Bimas Islam, yang telah mengalokasikan satu kegiatannya di Aceh.
“Bimtek pengelolaan perpustakaan masjid ini jarang dan langka. Maka tidak hanya pertama, tapi boleh dilanjutkan selanjutnya, kalau bisa nanti kita gelar di Sabang,” ajaknya.
“Terima kasih juga pada pengelola perpustakaan masjid yang ada di Aceh,” imbuhnya.
Kakanwil sampaikan, bahwa di Aceh ada lebih 4.000 masjid, dan tidak semuanya miliki perpustakaan.
“Ini membutuhkan pembinaan. Bagaimana nanti kebutuhan umat akan informasi dari adanya perpustakaan masjid, bisa cepat,” sebut Iqbal.
Bahkan, lanjutnya, di era digitalisasi, nanti kita tidak terbayang buku lagi di perpustakaan. Sebab nanti ada buku-buku digital, yang semua bisa diakses di mana pun.
“Ini langkah awal, dan bagaimana ke depan program dan keberadaan perpustakaan bisa berdaya lebih baik. Jadi pusat pergerakan ekonomi umat,” tambahnya.
Kakanwil mengajak masjid bisa berdaya maksimal. Harapnya pada peserta, sepulang dari sini, ada spriti baru dalam tingkatkan perpustakaan.
Ditjen Bimas Islam menyampaikan di sela arahan, sampaikan bahwa kini telah diluncurkan aplikasi elektronik perpustakaan Islam digitalisasi kan sejak 2021.
“Kemenag akan memberikan bantuan pada perpustakaan masjid pada 2022,” janjinya dalam acara tiga hari bertema Bimtek Pengelolaan Perpustakaan Masjid dalam Rangka Tata Kelola Perpustakaan Masjid yang Lebih Baik. (IA)