BANDA ACEH — Desa Jambo Keupok yang tenang tiba-tiba berdarah pada 17 Mei 2003. Pukul 07.00 Wib pagi, sejumlah anggota Tentara Nasional Indonesia (TNI) dengan senjata lengkap masuk ke kampung di Kecamatan Bakongan, Aceh Selatan.
Teriakan tentara pagi itu pecah di kampung pedalaman itu. Tentara memerintahkan semua warga Jambo Keupok keluar dari rumahnya masing-masing. Penduduk disuruh berkumpul di rumah Suma/Dedi.
Tentara menanyakan warga keberadaan anggota Gerakan Aceh Merdeka (GAM). Siapa pun menjawab tidak tahu hari itu kena pukulan, tendangan, dan tusukan dengan ujung senjata.
12 pria kemudian dipisahkan dari penduduk lain, dikumpulkan di depan rumah Suma. Posisinya berbaris mengarah ke rumah Daud. Dan…, tentara menembak kaki mereka, lalu membawanya ke rumah Daud.
Dalam rumah itu, 12 pria tersebut dibakar hidup-hidup. Tiada seorang pun selamat.
Adegan ini bukanlah cuplikan film aksi. Ini kejadian nyata yang kini dikenal peristiwa Jambo Keupok. Pembantaian rakyat sipil ini terjadi dua hari menjelang Darurat Militer mulai diterapkan di Aceh sejak 19 Mei 2003. Konflik Aceh meletus dari 1976 dan berakhir damai pada 15 Agustus 2005.
Peristiwa Jambo Keupok dipicu informasi dari cuak atau informan ke anggota TNI bahwa pada 2001-2002 desa itu jadi basis GAM. Aparat menindaklanjuti kabar itu dengan menyisir kampung.
Dalam pembantaian itu, Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) Indonesia menyatakan 12 penduduk meninggal akibat dibakar hidup-hidup dan 4 orang meninggal karena ditembak. Data itu dimuat dalam Laporan Penyelidikan Pelanggaran Hak Asasi Manusia yang Berat Jambo Keupok Aceh, dirilis 14 Maret 2016.
Komnas HAM menyebutkan korban meninggal dibakar hidup-hidup adalah Nurdin–meninggal dalam kondisi terbakar–ada lubang di kepala dan punggung sebelah kanan– Asri, Saili, Dullah Adat, Amiruddin,Tarmizi, Muktar, Usman, Abdul Rahim, Mukminin, Suandi, dan Bustami.
Adapun empat orang meninggal ditembak, yaitu Khalidi di bagian punggung, perut, dan kepala; Kasturi meninggal di samping sekolah dasar; Burahman ditembak oleh 15 orang TNI di kepala, dada kiri, paha kiri, dan betis kanan di jalan depan musala sehingga meninggal; dan Budiman ditembak hingga meninggal.