Banda Aceh — Dalam memperingati Hari Hutan Sedunia, Tropikal Society menyelengggarakan pameran foto karya dua fotografer lingkungan Aceh, Junaidi Hanafiah dan Zulfan Monica, di Leuser Coffe Banda Aceh Minggu (21/3) malam.
Pameran yang bertemakan “Hilang Tak Terganti” mengangkat dua sisi kondisi hutan Aceh saat ini yaitu keindahan dan kerusakan atau hitam putih kondisi hutan Aceh saat ini.
Danurfan, ketua panitia penyelenggara yang juga CEO Leuser Coffe menyebutkan pameran foto kali ini dibuat berbeda, dengan menampilkan foto menggunakan cinema atau film, agar karya foto ini bisa menjadi jejak digital yang bisa dinikmati semua orang kapanpun dan mengurangi sampah hasil cetak.
“Ratusan foto karya Junaidi Hanafiah dan Zulfan Monica kita tampilkan dalam pameran ini, tujuannnya agar semua masyarakat Aceh mengetahui hitam putih kondisi hutan Aceh saat ini,” ujar Danurfan.
Dalam pameran ini Junaidi Hanafiah menampilkan karya fotonya yang menunjukkan kondisi kerusakan atau sisi hitam hutan Aceh saat ini yang terus terjadi, diperkirakan luas hutan yang sudah rusak saat ini mencapai 600.000 hektar dari 3,5 juta hektar keseluruhan hutan Aceh.
Jun H sapaan akrab Junaidi Hanafiah menyebutkan, “Aceh akan miskin bila hutannnya habis, sebaliknya Aceh tak akan miskin bila hutannya terjaga,” sebut Jun H.
Zulfan Monica yang akrab dipanggil Jaboi yang memamerkan foto keindahan atau sisi putih hutan Aceh menyebutkan, hutan itu ciptaan Allah, selalu saja menyajikan keindahan yang tak terbayangkan sebelumnya oleh manusia, karena itu mari berangkulan bersama sama menjaganya. “Ini tanggung jawab kita dengan yang Maha Kuasa.”
“Hutan itu ibarat ibu, memberikan air, udara dan berbagai sumber kehidupan untuk manusia tanpa meminta pamrih,” pungkas Jaboi.
Dalam acara yang dipandu Fendra Tryshanie ini turut hadir juga Kepala Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan (DLHK) Aceh A Hannan SP MM.
Hanan menyebutkan, di Aceh ada tujuh kesatuan pengelolaan hutan (KPH) dengan demikian atas nama Pemerintah Aceh DLHK siap menjadi “imam” berdiri di depan untuk menjaga hutan Aceh.
Hanan mengajak semua pihak bekerja sama menjaga hutan Aceh, aktivis lingkungan hidup, penegak hukum, masyarakat harus berangkulan bekerja sama menjaga hutan, dengan demikian “mafia” perusakan hutan akan keluar dari hutan Aceh.
“Selain itu konflik satwa dengan manusia juga menjadi salah satu fokus kita, agar satwa yang ada dalam hutan Aceh tidak punah karena perburuan,” tutup Hanan. (Aulia)