BANDA ACEH, Infoaceh.net — Universitas Syiah Kuala (USK) melalui Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) bersama Pusat Riset Ilmu Sosial dan Budaya (PRISB) melaksanakan Pelatihan Dasar Operasional Crab Bank: Dari Penampungan Indukan Hingga Pelepasan Zoea ke Alam, di Kantor Panglima Laot Lhok Kuala Cangkoi, Ulee Lheue, Banda Aceh.
Kegiatan ini menghadirkan Muhammad Nawawi ST MSc sebagai narasumber utama. Ia memberikan materi komprehensif mulai dari pengenalan alat, teknik pengoperasian, hingga tahapan pelepasan zoea kepiting ke laut sebagai bagian dari sistem pengelolaan Crab Bank yang berkelanjutan.
Ketua tim pengabdi, Deni Yanuar, menjelaskan kegiatan ini merupakan bentuk nyata kolaborasi antara perguruan tinggi dan masyarakat pesisir dalam menjaga keberlanjutan sumber daya laut.
“Melalui program Crab Bank, kami ingin menegaskan bahwa ilmu pengetahuan dan riset sosial dapat langsung memberi dampak nyata pada keberlanjutan ekonomi dan lingkungan masyarakat nelayan,” ujarnya, Jum’at (31/10).
Menurut Deni, pelatihan ini tidak hanya berfokus pada aspek teknis, tetapi juga membangun kesadaran dan kemandirian masyarakat dalam menjaga ekosistem perairan.
Ia menambahkan, ke depan tim pengabdian akan terus melakukan pendampingan terhadap operator Crab Bank agar sistem penampungan, pembesaran, dan pelepasan zoea kepiting dapat berjalan lebih efisien dan berkelanjutan.
Pelatihan tersebut diikuti tim operator Crab Bank Panglima Laot Kuala Cangkoi serta para nelayan lokal yang menjadi mitra dalam program pemberdayaan masyarakat pesisir.
Kegiatan ini merupakan bagian dari Program Pengabdian Skema Pemberdayaan Berbasis Masyarakat (DPPM) 2025 yang didukung oleh Kemendikbud Ristek.
Panglima Laot Kuala Cangkoi, Syafaat, menyampaikan apresiasi atas dukungan USK melalui program DPPM 2025 ini.
“Kami sangat berterima kasih atas ilmu dan pendampingan dari tim USK. Dengan adanya pelatihan ini, para nelayan bisa lebih memahami cara menjaga indukan kepiting dan melepas zoea ke laut dengan benar. Ini bukan hanya soal konservasi, tapi juga masa depan penghidupan masyarakat pesisir,” ungkapnya.
Syafaat berharap kegiatan seperti ini dapat terus berlanjut agar nelayan di kawasan Kuala Cangkoi menjadi contoh bagi daerah lain dalam pengelolaan sumber daya laut yang berkelanjutan.
Melalui kegiatan ini, USK berharap dapat menciptakan model pemberdayaan berbasis lingkungan yang tidak hanya menjaga kelestarian ekosistem laut, tetapi juga memberikan nilai ekonomi berkelanjutan bagi masyarakat nelayan di kawasan Kuala Cangkoi.



