Hari ini di Aceh menurut amatan Ustaz Masrul, yang ada larangan berzina, sementara yang mendekati zina dibiarkan.
Karena itu, metode Islam yang sebenarnya diterapkan agar terhindar praktik prostitusi yakni pencegahan supaya tidak mendekati zina.
“Tradisi kita hari ini bukan mencegah zina, justru melakukan operasi (menggerebek) dan memfasilitasi orang yang berzina, jarang ada yang mencegah. Ketika sedang berzina baru ditangkap,” ujarnya.
Ustaz Masrul melanjutkan, saat Rasulullah SAW hijrah ke Madinah, di sana juga ada prostitusi.
Nabi tahu mucikarinya, tapi tidak satupun dari mucikari dan pelaku zina itu ditangkap dan dicambuk.
“Maka didakwahkanlah jangan mendekati zina sehingga mucikari kehilangan pasar. Ketika dia kehilangan pasarnya maka dia minggat dari tempat itu,” katanya.
Karena itu, menurut Ustaz Masrul hal-hal kecil sederhana yang bisa dilakukan untuk mencegah zina, salah satunya dengan mengajak masyarakat menutup aurat.
Fenomena luweu puntong (celana pendek) dan pakaian ketat harusnya menjadi upaya pencegahan dari zina dan prostitusi.
“Satu-satunya yang membedakan manusia dengan binatang adalah pakaian, semakin terhormatnya seseorang semakin terjaga pakaiannya. Sebaliknya, tanda semakin manusia itu dihinakan karena pakaiannya dilepas,” ujarnya.
Ustaz Masrul menegaskan dan mengingatkan kepada segenap masyarakat Aceh khususnya dalam hal penerapan syariat Islam agar selalu menjaga penampilan melalui pakaian.
Kemudian menjaga pergaulan apalagi soal berboncengan, khususnya bagi yang bukan suami istri.
Begitu juga kepada petugas-petugas untuk terus senantiasa mengingatkan kepada masyarakat agar tidak mendekati perbuatan zina itu sendiri terutama di lingkungan kampus dan sekitarnya.