Aceh Besar, Infoaceh.net — Pimpinan Dayah Babul Maghfirah, Ustaz Masrul Aidi Lc menyesalkan kesimpulan penyidik Polresta Banda Aceh yang dianggap terlalu tergesa-gesa dalam menetapkan motif pembakaran asrama santri di dayah tersebut yang terjadi pada Jum’at dini hari (31/10/2025).
Ia membantah keras narasi yang menyebut motif utama pelaku pembakaran Dayah Babul Maghfirah adalah korban bullying.
“Kesimpulan yang disampaikan oleh penyidik Polresta Banda Aceh itu terlalu prematur, dan dijadikan serangan oleh pihak-pihak yang tidak senang kepada dayah, seolah-olah dayah ini tempat pembulian,” ujar Ustaz Masrul Aidi dalam keterangannya yang dikirim kepada wartawan, Jum’at malam (7/11/2025).
Menurutnya, tuduhan bahwa pembakaran dipicu bullying tidak masuk akal dan berpotensi merusak nama baik lembaga pendidikan Islam.
Ia menilai aparat seharusnya lebih hati-hati sebelum mempublikasikan hasil penyelidikan yang belum matang.
Ustaz Masrul Aidi menguraikan sejumlah alasan yang membuat pihaknya ragu terhadap motif bullying tersebut.
Pertama, pelaku merupakan santri kelas tiga SMA—tingkat paling senior—sehingga kecil kemungkinan ia dibully oleh adik kelas. Tidak ada lagi senior di atas dia, karena dia yang senior
Kedua, pelaku memiliki saudara kembar satu kelas. “Kalau benar dibully, masa abangnya tidak tahu? Dan mengapa selama tiga tahun tidak melapor?” katanya.
Selain itu, pelaku dikenal berprestasi dan pernah mewakili dayah dalam lomba cerdas cermat. “Biasanya anak yang dibully tidak percaya diri dan sulit berprestasi. Jadi alasan bullying ini sangat lemah,” tambahnya.
Lebih jauh, Ustaz Masrul juga menyoroti ketidaklogisan motif yang disebut hanya karena ejekan seperti “bodoh” atau “tolol.”
Ia menilai, tindakan ekstrem seperti membakar asrama dayah tidak mungkin dilakukan oleh seseorang yang dianggap lemah akibat ejekan semacam itu.
Pihak Dayah Babul Maghfirah justru menduga ada faktor lain yang melatarbelakangi aksi tersebut.
Berdasarkan informasi keluarga, pelaku berasal dari rumah tangga yang tidak harmonis dan pernah mengalami depresi berat hingga mencoba minum kapur barus.
Selain itu, pelaku diketahui aktif bermain game online Roblox, yang diduga memicu perilaku berisiko akibat tantangan di dalam permainan.
“Bahkan ada keterangan dari teman sekamarnya bahwa pelaku sempat bilang ingin membakar asrama supaya bisa libur lebih lama,” ungkapnya.
Ustaz Masrul menegaskan, Dayah Babul Maghfirah selalu menanamkan nilai akhlak mulia, kesantunan dan penghormatan antar santri.
Ia berharap pihak kepolisian dapat melakukan klarifikasi lebih mendalam sebelum membuat kesimpulan publik yang bisa mencoreng nama pesantren.
“Kesimpulan dari penyidik kepolisian yang disampaikan oleh Kapolresta Kombes Pol Joko Heri Purwono itu sangat prematur,” tegasnya.
“Kami berharap agar penyidik kepolisian menyajikan informasi yang berimbang dan tidak merugikan citra pendidikan Islam di Aceh,” pungkas Ustadz Masrul Aidi Lc.



