Proses tersebut tidak berlangsung dalam semalam. Ia mengaku banyak membaca literatur Islam dan membandingkannya dengan ajaran sebelumnya.
Akhirnya, ia memutuskan untuk mengucap syahadat dan resmi menjadi seorang mualaf pada awal tahun 2000-an.
Keputusannya itu sempat menimbulkan reaksi beragam, baik dari keluarga maupun komunitas sebelumnya. Namun Yahya tetap teguh pada pilihannya.
Setelah masuk Islam, Yahya Waloni tidak berhenti pada proses spiritual pribadi. Ia justru semakin aktif berdakwah.
Berbekal pengetahuan agama yang luas, baik Islam maupun Kristen, ia mulai mengisi berbagai ceramah di masjid, majelis taklim, dan juga acara-acara televisi.
Gaya bicaranya yang lugas, blak-blakan, serta penuh semangat membuatnya cepat dikenal.
Ia pun menjadi salah satu ustaz yang cukup sering viral di media sosial karena isi ceramahnya yang kontroversial.
Meskipun kerap menuai kritik, terutama dari cara penyampaiannya yang keras terhadap agama lain, tidak bisa dipungkiri bahwa Yahya Waloni memiliki pengaruh yang cukup besar di kalangan umat tertentu.
Ia sering diundang untuk ceramah di berbagai daerah dan memiliki pengikut yang cukup banyak.
Namun, perjalanan dakwah Yahya Waloni juga diwarnai dengan berbagai kontroversi hukum.
Pada tahun 2021, ia sempat ditangkap dan diproses hukum atas dugaan ujaran kebencian. Kasus ini kembali menyorot sepak terjangnya di dunia dakwah.
Meski demikian, sebagian pendukungnya tetap memberikan dukungan, menganggapnya sebagai sosok yang berani menyuarakan kebenaran menurut keyakinannya.
Terlepas dari pro dan kontra, perjalanan hidup Yahya Waloni menunjukkan transformasi spiritual yang drastis.
Dari seorang pendeta Kristen menjadi mualaf dan kemudian menjadi ustaz yang cukup dikenal luas, kisah hidupnya menjadi bahan perbincangan publik dan inspirasi bagi sebagian orang yang mencari kebenaran spiritual melalui jalan yang tidak biasa.
Perubahan drastis ini menjadikan Yahya Waloni salah satu figur mualaf yang paling dikenal di Indonesia saat ini.