JAKARTA — Juru Bicara Vaksinasi
Covid-19 Siti Nadia Tarmizi
mengungkapkan Aceh dan Nusa Tenggara Timur (NTT) menjadi provinsi dengan tingkat terendah penyuntikan vaksin Corona di antara 34 provinsi di seluruh Indonesia.
Hingga Sabtu (17/4), vaksinasi di Aceh baru mencapai 10,99 persen tahap satu dan 7,59 persen untuk tahap dua.
Sementara di NTT, vaksinasi tahap satu baru mencapai 11,98 persen dan 8,54 persen untuk vaksinasi tahap dua.
“Memang rata-rata masih ada beberapa provinsi yang penyuntikan pertamanya itu baru sampai dengan angka 10 persen. Aceh baru 10,9 persen,” ujar Nadia dalam webinar “Upaya Akselerasi Pencapaian Target Vaksinasi Covid-19, Kendala & Solusi” melalui YouTube PB IDI, Minggu (18/4) seperti dilansir dari CNN Indonesia.
Adapun wilayah dengan jumlah vaksinasi tertinggi yakni Bali sebanyak 84,70 persen untuk penyuntikan vaksin corona tahap pertama dan 23,02 persen vaksinasi tahap kedua. Diikuti kemudian DKI Jakarta sebanyak 54,61 persen tahap satu vaksinasi dan 28,24 persen untuk vaksinasi tahap kedua.
Sementara Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin menyebut proses vaksinasi di Aceh terkesan lambat. Budi meminta bantuan Ikatan Dokter Indonesia (IDI) agar meyakinkan warga Aceh untuk divaksin COVID-19.
“Itu Aceh itu termasuk sangat pelan penyuntikannya. Itu vaksinasinya itu sangat pelan kalau dibandingkan daerah-daerah lain,” ujar Budi dalam diskusi berjudul ‘Upaya Akselerasi Pencapaian Target Vaksinasi COVID-19, Kendala dan Solusi’ di akun YouTube PB Ikatan Dokter Indonesia, Minggu (18/4).
Dilansir dari Detikcom, Budi sempat membandingkan lamanya pelaksanaan vaksinasi di Aceh dengan Papua. Dia masih memaklumi jika yang mengalami keterlambatan vaksinasi berada di wilayah Papua.
“Tapi Aceh itu termasuk yang memang mungkin belum 100 persen kita bisa berhasil yakinkan,” kata Budi.
Oleh karena itu, dia meminta bantuan kepada IDI untuk sama-sama membujuk warga Aceh.
“Kami minta bantuan kepada IDI agar mau meyakinkan masyarakat Aceh agar mau divaksin,” ungkapnya.
Dalam kesempatan yang sama, Budi menyebut vaksinasi di Indonesia saat ini sudah menembus angka 16,5 juta dosis yang telah disuntikkan ke masyarakat. Angka tersebut membuat Indonesia menjadi salah satu negara terdepan yang telah menyuntikkan vaksin ke warganya, terutama di negara-negara yang tidak memiliki produksi vaksin sendiri.
Untuk diketahui, saat ini dosis vaksin menjadi rebutan di seluruh dunia. Menurut Budi, saat ini hanya beberapa negara yang mengekspor vaksinnya ke negara lain. Negara yang masih mengekspor vaksin COVID-19 ialah India, China, dan Rusia.
Hari ini Indonesia baru saja kedatangan 6 juta dosis vaksin Sinovac. Budi mengatakan kedatangan 6 juta vaksin Sinovac ini merupakan bagian dari pengiriman 140 juta bulk vaksin yang akan diterima tahun ini. Total vaksin Sinovac yang telah diterima RI adalah 59,5 juta bulk vaksin.
Dia menjelaskan, hingga kini ada sekitar 22 juta dosis dari 46 juta yang masuk sudah didistribusikan ke semua wilayah di seluruh Tanah Air.
Menurutnya, dalam satu bulan ke depan, Indonesia bisa menerima sekitar 20 juta dosis vaksin lagi hasil produksi Bio Farma atas kedatangan bulk vaksin ini.
“Dengan demikian, kita harapkan program vaksinasi seluruh daerah, seluruh provinsi, seluruh kabupaten, kota madya bisa berjalan untuk bulan April dan Mei dengan lancar dan baik,” ucapnya.
Budi berpesan kepada semua kepala daerah agar terus menjalankan program vaksinasi selama bulan puasa. Sebab, kata dia, vaksinasi di saat puasa tidak membatalkan puasa.
“MUI sudah bilang bahwa selama bulan puasa, vaksinasi tidak membatalkan puasa. Jadi terus dijalankan,” pungkasnya. (IA)