Wakaf Habib Bugak Abad 19 di Mekkah Bikin Jamaah Haji Aceh Tersenyum
Mekkah, Infoaceh.net — Mungkin inilah yang layak disebut sebagai the miracle of wakaf. Diwakafkan sejak abad ke-19, tetapi manfaatnya terus mengalir hingga abad ke-21—dan masih terus berlanjut setiap tahun.
Begitulah luar biasanya wakaf dari seorang tokoh bernama Habib Bugak Asyi. Mari kita simak kisahnya.
Pada masa ketika dunia belum mengenal TikTok, ketika profesi “influencer” belum ada, dan ketika kebaikan belum harus direkam untuk ditonton jutaan orang—hiduplah seorang lelaki visioner bernama Habib Bugak Asyi. Ia datang ke Aceh sekitar tahun 1760 sebagai seorang ulama sekaligus saudagar. Jika hidup di masa kini, mungkin ia sudah jadi karakter Marvel—disebut saja The Wakafman.
Namun ia tak tertarik pada popularitas. Ia hanya memiliki satu tujuan besar: bagaimana hartanya bisa terus bekerja meskipun jasadnya telah menjadi tanah. Bagaimana amalnya bisa terus mengalir, bahkan setelah dunia berganti dari unta ke jet pribadi.
Pada tahun 1809, Habib Bugak melakukan satu langkah luar biasa: membeli sebidang tanah di dekat Masjidil Haram, Mekkah, dan mewakafkannya khusus untuk jamaah haji asal Aceh.
Bayangkan: tanah di titik paling mahal secara spiritual di muka bumi, dan ia wakafkan. Bukan disewakan, bukan dipinjamkan, tetapi diberikan secara cuma-cuma, semata-mata demi Allah dan demi cintanya pada Aceh.
Seiring waktu, Masjidil Haram diperluas. Tanah wakaf itu terkena proyek pengembangan. Tapi di sinilah keajaiban wakaf produktif terjadi: Pemerintah Arab Saudi memberikan kompensasi besar, yang kemudian digunakan untuk membangun properti wakaf yang menghasilkan keuntungan berkelanjutan.
Kini, dari tanah wakaf itu berdirilah hotel-hotel mewah seperti:
-
Hotel Elaf Masyair (bintang lima, 650 kamar, hanya 250 meter dari Masjidil Haram)
-
Hotel Ramada (bintang lima, 1.800 kamar, hanya 300 meter dari Masjidil Haram)
-
Hotel Wakaf Habib Bugak Asyi di Aziziah, khusus bagi jamaah Aceh, dengan kapasitas 750 orang
-
Gedung administrasi wakaf di Aziziah
-
Asrama di kawasan Syaikiyah yang diperuntukkan bagi warga Aceh yang menetap di Arab Saudi
Properti ini bukan sekadar bangunan. Ia adalah manifestasi dari doa yang tak henti bekerja. Setiap tahun, hasil dari hotel-hotel tersebut dibagikan kepada jamaah haji asal Aceh.
Pada musim haji 2025, setiap jamaah menerima 2.000 Riyal Saudi (sekitar Rp8,6 juta). Tahun-tahun sebelumnya, jumlahnya 1.500 Riyal. Seiring meningkatnya pendapatan dari hotel-hotel tersebut, nominal santunan pun ikut bertambah.
Ribuan jamaah haji asal Aceh menerima manfaat ini setiap tahun, termasuk para petugas haji, tenaga musiman, hingga mukimin asal Aceh di Saudi.
Semua dikelola oleh seorang naazhir (pengelola wakaf) bernama Syekh Abdul Latif Baltou, yang telah mengemban amanah ini selama lebih dari 15 tahun. Ia ditunjuk langsung oleh Kerajaan Arab Saudi. Bagi banyak orang, ia bukan hanya pengelola, tapi penjaga warisan spiritual seorang dermawan dari dua abad silam.
Kita pun bertanya-tanya: