Dengan adanya kesamaan itu, dia berharap Aceh dapat melakukan kerja sama dengan Rusia.
Veronika melihat hal yang berbeda antara pemberitaan di media massa dengan kondisi sebenarnya di Aceh. Dia melihat Aceh sangat toleran dengan pihak luar meskipun mayoritas berpenduduk muslim.
“Apa yang saya lihat di sini sedikit berbeda, terutama dengan apa yang saya baca di dunia barat. Di Aceh sangat toleran, banyak masjid, saya akan memberikan informasi kepada turis-turis Rusia untuk datang ke Aceh dan melihat dengan mata kepala sendiri bagaimana kehidupan di Aceh. Saya akan menyampaikan hal ini supaya mereka dapat melihat langsung ke Aceh,” kata Veronika.
Sebagai salah satu negara adikuasa di dunia, Rusia juga sangat terbuka untuk bekerja sama dengan semua pihak termasuk dengan Indonesia dan juga Aceh.
Apalagi menurut Veronika, Rusia sejak dulu memiliki hubungan baik dengan Aceh. “Dulu kapal-kapal dari Rusia sering lewat dari perairan Selat Malaka,” kisah Veronika.
Hubungan antara Rusia dengan Aceh bahkan dapat dibuktikan dengan keberadaan satu makam pelaut negeri Putin itu di Sabang. Makam perwira angkatan laut Rusia itu hingga kini bahkan dirawat dengan baik.
“Wakil Duta Besar Rusia beberapa waktu lalu sempat berkunjung ke sana,” kata Veronika.
Rusia juga menaruh perhatian besar dengan peristiwa tsunami di Aceh pada 26 Desember 2004 lalu. Negara itu bahkan turut mengirimkan alat-alat medis dan juga tim kesehatan untuk membantu merawat korban gempa tsunami di Aceh.
“Alat-alat medis itu bahkan ditinggal untuk Aceh, hanya pekerjanya yang kembali ke Rusia,” ujarnya.
Dalam musibah tsunami tersebut, Rusia juga turut mengirimkan 200 ribu gandum serta bantuan lainnya untuk Aceh.
Sementara Ketua DPRA Saiful Bahri menyambut baik atas kunjungan pihak kedutaan besar Rusia. Dia berharap Aceh dapat memanfaatkan peluang-peluang kerja sama yang dibuka Rusia seperti pertukaran pelajar dan hal lainnya.
“Kita sangat mengapresiasi kunjungan ini, kita harap dapat memanfaatkan peluang kerja sama dengan Rusia nantinya,” kata Saiful Bahri.