BANDA ACEH – Lembaga Wali Nanggroe (LWN) Aceh menganugerahkan gelar kehormatan kepada lima tokoh yang dinilai telah berjasa dalam memperjuangkan hak-hak Aceh.
Empat orang dari penerima gelar tersebut merupakan tokoh perjuangan di era awal deklarasi Aceh Merdeka (AM) oleh Dr Hasan Muhammad di Tiro, pada tahun 1976 di Gunung Halimun, Pidie.
Mereka adalah Alm Dr Muchtar Yahya Hasbi, Alm Dr Zubir Mahmud, Alm Tgk Keuchik Umar Tiro dan Alm Tgk Abdussamad Gadeng (Asghadi). Satu tokoh lainnya adalah ulama asal Beutong Ateuh, Nagan Raya yakni Alm Tgk Bantaqiah.
Anugerah gelar kehormatan itu diserahkan langsung oleh Wali Nanggroe Aceh Malik Mahmud Al Haythar, Senin malam, 5 Desember 2022, yang diterima oleh masing-masing ahli waris.
Almarhum Dr Muchtar Yahya Hasbi merupakan Perdana Menteri pertama dalam kabinet Aceh Merdeka setelah deklarasi tahun 1976. Kepada beliau dianugerahi Gelar Kehormatan Sri Alam yang diterima istri almarhum, Ummi Azimar.
Kemudian Almarhum Dr Zubir mahmud, sosok ini juga merupakan angkatan pertama dalam kabinet Aceh Merdeka, sebagai Menteri Sosial. Ia dianugerahi gelar kehormatan Sri Alam yang diterima putra kandung almarhum, M Iqbal.
Untuk Almarhum Tgk Keuchik Umar Tiro dianugerahi gelar kehormatan Perkasa Alam. Sosok ini juga angkatan pertama Aceh Merdeka pasca-deklarasi, yang dipercayakan menjadi pengawal pribadi Dr Hasan Muhammad di Tiro semasa bergerilya di Aceh.
Gelar kehormatan kepada Almarhum Tgk Keuchik Umar Tiro diterima Tgk Ali Murtadha, cucu dari almarhum.
Tokoh lainnya, Almarhum Tgk Abdussamad Gadeng atau sering disapa Asghadi, dianugerahi gelar kehormatan Syah Alam atas jasanya semasa hidup. Ia adalah angkatan pertama AM yang ikut serta bersama Dr Hasan Muhammad di Tiro saat deklarasi di Gunung Halimun pada tahun 1976.
Gelar kehormatan untuk Alm Asghadi diterima putrinya, Riyanti Asghadi.
Sedangkan gelar kehormatan Syaikhul Islam kepada Alm. Tgk. Bantaqiah diterima putra tertuanya, Tgk Malikul Azis.
“Para tokoh perjuangan Aceh tersebut (yang dianugerahi gelar kehormatan) telah lama mendahului kita. Namun, jasa-jasa, dan perlakuan yang mereka terima, hingga meninggal sebagai syuhada tidak akan pernah hilang dalam memori dan lembaran catatan sejarah Aceh,” kata Wali Nanggroe dalam sambutannya usai penyerahan gelar kehormatan.