Banda Aceh, Infoaceh.net – Direktur Utama PT Pembangunan Aceh (PEMA), Mawardi Nur, tampil sebagai salah satu pemateri dalam Focus Group Discussion (FGD) bertajuk “Pasca 20 Tahun Perdamaian: Antara Janji, Fakta, dan Masa Depan Ekonomi Aceh” yang diselenggarakan Senat Mahasiswa (SEMA) FEBI UIN Ar-Raniry, Banda Aceh, Senin (8/9/2025).
Selain Mawardi, hadir pula sejumlah pemateri lain, di antaranya Kepala Biro Administrasi Pembangunan Setda Aceh, T. Robby Irza MT, perwakilan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Aceh Firman Octo Armando, serta Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam (FEBI) UIN Ar-Raniry Prof Dr Hafas Furqani.
Diskusi ini menjadi ruang refleksi sekaligus ajang mencari formulasi baru untuk memperkuat arah pembangunan ekonomi Aceh ke depan.
Dalam pemaparannya, Mawardi Nur menegaskan pentingnya pengelolaan sumber daya alam Aceh secara maksimal guna peningkatan kesejahteraan masyarakat.
Ia menyinggung keberhasilan Pemerintah Aceh, khususnya di bawah kepemimpinan Gubernur Muzakir Manaf (Mualem), yang berhasil mengembalikan empat pulau di Aceh Singkil.
“Pulau-pulau ini sangat strategis karena memiliki potensi gas bumi, tambang, serta hasil laut yang melimpah,” ujar Mawardi.
Tujuh Proyek Unggulan PEMA
Mawardi menjelaskan, dalam empat bulan terakhir PT PEMA telah melahirkan tujuh flagship project yang siap beroperasi.
Beberapa di antaranya meliputi pembangunan resmiling unit, pengelolaan hics integrity, serta rencana ekspor sawit yang ditargetkan mencapai 20 ribu ton.
Selain itu, PEMA juga tengah menyiapkan ekspor kopi Aceh ke Amerika Serikat dan memperluas relaksasi kondensor yang diharapkan dapat menopang pendapatan daerah.
Pentingnya Kemandirian Minyak Goreng
Mawardi juga menekankan pentingnya kehadiran unit pengolahan minyak sawit mentah atau Crude Palm Oil (CPO) Processing Unit di Aceh.
Selama ini, kebutuhan bahan baku minyak goreng Aceh masih bergantung pada pasokan dari Medan.
“Aceh harus mampu mandiri. Suatu saat kita bisa memproduksi minyak goreng sendiri di sini. Untuk itu, dibutuhkan regulasi berupa Perbup agar investor semakin percaya untuk menanamkan modalnya di Aceh,” jelasnya.
Jalur Ekspor Baru Lewat Penang
Selain sektor energi, PEMA juga mendukung penuh kebijakan Gubernur Aceh terkait pembukaan rute pelayaran langsung Banda Aceh–Penang, Malaysia.
Menurutnya, rute ini bukan hanya mempermudah transportasi, tetapi juga membuka peluang barter dagang dan memperkuat jalur ekspor Aceh.
“Dalam waktu dekat, kami akan melakukan koordinasi langsung di Penang untuk mematangkan rencana ini,” tambahnya.
Mawardi juga mengingatkan mahasiswa Aceh agar aktif terlibat dalam pembangunan daerah.
Menurutnya, kekayaan sumber daya alam Aceh harus diiringi dengan dukungan generasi muda agar dapat dikelola secara berkelanjutan.
“Kantor PEMA terbuka untuk dialog dan aspirasi dari adik-adik mahasiswa,” serunya.
Diskusi ditutup dengan seruan Mawardi agar seluruh elemen masyarakat bersatu mendukung kepemimpinan Mualem dalam memajukan ekonomi Aceh.
“Dengan sinergi pemerintah, BUMD, mahasiswa, dan masyarakat, kita bisa memastikan Aceh tidak hanya kaya sumber daya, tetapi juga makmur dan sejahtera bagi rakyatnya,” pungkas Mawardi.



