ACEH BARAT, Infoaceh.net – Ratusan warga Kecamatan Pante Ceureumen, Kabupaten Aceh Barat, Kamis (2/10/2025), menggelar aksi protes menolak penutupan tambang emas yang dilarang beroperasi oleh Gubernur Aceh, Muzakir Manaf atau Mualem.
Aksi yang berlangsung di kawasan pedalaman tersebut didominasi oleh kaum ibu. Mereka menegaskan, kebijakan larangan penggunaan alat berat atau beko dalam aktivitas tambang emas tradisional telah memutus sumber penghidupan utama masyarakat setempat.
“Selama ini beko membantu meringankan beban kami mendulang emas. Kalau dilarang, berarti menghentikan kerja kami,” kata Cut Rosmania, warga Gampong Ketambang, di sela-sela aksi.
Hal serupa juga disampaikan Norma, warga Gampong Sikundo. Ia mengaku, hampir seluruh biaya pendidikan anak-anak dan kebutuhan keluarga mereka ditopang dari hasil mendulang emas dengan bantuan alat berat.
“Anak kami di pesantren, sekolah semua kami biayai dari pekerjaan ini. Kalau dilarang, kami tidak tahu lagi bagaimana masa depan mereka,” keluhnya.
Menurut warga, saat ini ada puluhan unit beko yang telah berhenti beroperasi sejak larangan dikeluarkan.
Padahal, satu unit beko mampu menyerap tenaga kerja antara 30 hingga 50 orang. Larangan tersebut praktis berdampak pada ratusan keluarga di wilayah terpencil Aceh Barat.
“Setiap beko itu artinya ada puluhan orang bisa bekerja. Kalau semua dihentikan, kami di sini tidak punya pilihan lain untuk bertahan hidup,” ujar salah seorang peserta aksi.
Masyarakat setempat menilai, keberadaan tambang emas dengan bantuan alat berat bukan semata urusan ekonomi, tetapi juga bagian dari upaya mereka bertahan pascakonflik.
Mayoritas warga penambang di Kecamatan Pante Ceureumen merupakan mantan kombatan yang kini mencoba hidup damai dengan bekerja sebagai penambang tradisional.
Karena itu, mereka mendesak Gubernur Aceh Muzakir Manaf tidak hanya mengeluarkan kebijakan larangan, tetapi juga menyiapkan solusi alternatif bagi masyarakat yang kehidupannya bergantung pada tambang emas.
“Kami bukan menolak aturan, tapi jangan biarkan kami kehilangan satu-satunya sumber penghidupan. Kami minta Gubernur mencari solusi yang adil, bukan hanya melarang,” tegas perwakilan massa dalam orasi bersama.
Aksi protes ini berlangsung tertib, dengan pengawalan aparat keamanan setempat.



