Aceh Tamiang, Infoaceh.net — Gelombang banjir raksasa yang melanda Aceh Tamiang telah menyisakan kehancuran nyaris total.
Di sejumlah titik, bau amis mayat dan menyengat tercium dari reruntuhan rumah, kendaraan dan tumpukan lumpur yang belum tersentuh alat berat.
Warga yang selamat menceritakan bagaimana air bah “setinggi tsunami” menerjang permukiman hanya dalam hitungan jam.
Empat Hari dalam Kegelapan dan Air Setinggi 3,5 Meter
Ishak alias Kureng, warga Desa Menang Gini, Kecamatan Karang Baru, masih sulit melupakan detik-detik banjir menghantam kampungnya.
“Banjir hari Rabu mulai naik, malam Kamis sudah dua meter lebih. Hari Kamis bertambah lagi sampai malam Jumat kira-kira 3,5 meter,” ujarnya dengan suara bergetar.
“Hari Jum’at baru mulai reda pelan-pelan, dan Sabtu kami bisa keluar cari makan. Kami terjebak sekitar empat hari empat malam.”
Ia bersama sekitar 50 warga mengungsi ke kantor KPA yang menjadi satu-satunya lokasi aman. Dari desa sekitar, ratusan orang juga menyelamatkan diri ke tempat yang sama.
“Arus banjir kencang sekali, rumah hancur semua. Yang paling dibutuhkan makanan, air bersih, obat-obatan untuk bayi. Banyak anak sudah demam. Yang diselamatkan cuma keluarga. Yang tersisa cuma baju di badan.”
Air Naik Seteras Kabel Listrik dalam 90 Menit
Kisah serupa disampaikan Wahyu Putra Pratama, warga Kampung Dalam. Ia menggambarkan kecepatan banjir yang tidak memberi kesempatan bagi banyak orang untuk menyelamatkan apa pun.
“Selesai Magrib air sudah masuk. Kami langsung mengungsi ke kantor KPA yang dekat karena banyak anak kecil. Alhamdulillah selamat,” katanya.
“Air naik cepat sekali, setinggi kabel listrik, sekitar tiga meter. Dalam satu setengah jam langsung tiga meter. Rumah sudah hancur semua.”
Wahyu dan keluarganya terjebak selama lima hari lima malam tanpa suplai logistik.
“Kami cari kelapa, pisang, apa saja. Berenang sambil ikat pinggang supaya tidak hanyut.”
Menurutnya, 80 persen rumah di kampungnya rata dengan tanah. “Dari 100 persen, hanya 20 persen yang tersisa.”
Ia memperkirakan sekitar 250 orang meninggal, termasuk 150 lebih yang belum ditemukan.
“Ini tsunami, cuma bedanya air sungai. Baru kali ini kami merasakan bencana sebesar ini.”
Jenazah Ditemukan Mengapung, SAR Lanjutkan Pencarian
Pada Rabu (3/12), Tim SAR gabungan menemukan dua korban meninggal di Kecamatan Karang Baru.
Korban masing-masing: M. Arifin (35), warga Desa Menang Gini.
Ponasir (65), warga Dusun Makmur, Desa Kebun Tanjung
Koordinator Pos SAR Langsa, Budi Darmawan, mengatakan tim bergerak secepat mungkin begitu laporan diterima.
“Kondisi lapangan sangat sulit, namun seluruh laporan tetap kami tindaklanjuti.”
Pencarian masih terus dilakukan mengingat lebih banyak warga yang belum ditemukan.
Mualem Terobos Aceh Tamiang di Tengah Gelap: ‘Kita Sedih dan Pilu’
Pada Rabu malam (3/12), Gubernur Aceh Muzakir Manaf (Mualem) memasuki wilayah yang masih gelap gulita akibat listrik padam total. Ia tiba sekitar pukul 23.00 WIB usai menempuh perjalanan dari Lhokseumawe.
Saat rombongan memasuki pusat Kota Kuala Simpang, pemandangan suram terbentang: sisa lumpur setinggi betis, kendaraan rusak berserakan, rumah-rumah tanpa dinding, hanya menyisakan fondasi.
Di Kampung Dalam, salah satu kawasan yang paling parah, Mualem menyaksikan langsung kehancuran nyaris total.
Ia menyalurkan 30 ton sembako sumbangan warga Medan, terdiri dari air minum, beras, mi instan, biskuit, telur, dan obat-obatan.
“Kita sedih dan pilu melihat kondisi ini. Kita harap rakyat Aceh tabah menghadapi cobaan banjir dan longsor,” ujar Mualem.
“Hari ini kita penuhi kebutuhan sembako. Kita masih kewalahan soal air bersih dan tabung elpiji. Dalam beberapa hari ke depan akan menyusul.”
Rudi, warga Medan yang menginisiasi bantuan, mengatakan pihaknya mengirim satu truk sembako dan besok akan menyusul truk berikutnya.



