Bireuen, Infoaceh.net – Satu unit boat penyeberangan (getek) di bawah Jembatan Kutablang, Kecamatan Kutablang, Kabupaten Bireuen, terbalik pada Kamis subuh (4/12/2025).
Insiden terjadi sekitar pukul 05.30–06.00 WIB saat boat mengangkut sejumlah warga yang hendak menyeberangi Sungai Krueng Tingkeum.
Informasi awal menyebutkan boat tersebut membawa 13 penumpang dan 7 orang sempat hanyut, namun berhasil diselamatkan oleh boat lain serta warga sekitar.
Tidak ada korban jiwa dalam kejadian tersebut.
Perahu penyeberangan darurat itu digunakan warga sejak Jembatan Kutablang putus akibat banjir bandang beberapa hari lalu.
Pada Kamis pagi, boat mengangkut penumpang dari Gampong Kulu menuju Gampong Tingkeum.
Diduga boat kelebihan muatan dan kehilangan keseimbangan saat mencoba melawan derasnya arus sungai yang masih tinggi pascabanjir.
Akibatnya, boat terbalik dan seluruh penumpang tercebur ke sungai.
Warga sekitar yang melihat kejadian langsung melakukan penyelamatan menggunakan boat lain maupun alat seadanya. Semua penumpang berhasil dievakuasi.
Sempat beredar kabar di masyarakat bahwa ada dua warga asal Kuala Simpang yang tewas dalam insiden tersebut. Namun informasi itu dibantah pihak kepolisian.
Kapolsek Gandapura, AKP Hendri Yunan, menegaskan tidak ada korban tewas maupun hilang.
“Tak ada yang meninggal dalam insiden tersebut. Itu hanya isu yang tak jelas. Semua penumpang selamat,” ujarnya.
Pasca-insiden, seluruh aktivitas penyeberangan darurat di bawah jembatan dihentikan sementara. Aparat kepolisian bersama perangkat desa berjaga di lokasi untuk mencegah warga memaksakan diri menyeberang.
Warga diminta menggunakan jalur alternatif meski jarak tempuh lebih jauh.
Desakan Penyelesaian Jembatan Bailey
Insiden ini kembali menyoroti betapa mendesaknya pembangunan jembatan darurat (Bailey) di Kutablang. Jalur tersebut merupakan akses vital yang menghubungkan warga dua gampong dan menjadi rute ekonomi masyarakat.
Selain rawan, penyeberangan darurat juga membebani warga karena tarif boat yang dinilai cukup tinggi.
Bagi warga yang harus bolak-balik setiap hari, biaya penyeberangan dirasakan sangat memberatkan. Kondisi ini menambah urgensi percepatan pembangunan akses penghubung yang aman dan layak.



