Banda Aceh, Infoaceh.net — Pernyataan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia yang menargetkan pemulihan listrik Aceh mencapai 100 persen pada Senin siang (8/12/2025) menuai kritik setelah kondisi lapangan menunjukkan banyak daerah masih mengalami pemadaman listrik.
Dalam rapat terbatas (ratas) yang dipimpin Presiden Prabowo Subianto di Lanud Sultan Iskandar Muda, Aceh Besar, Ahad malam (7/12), Bahlil menyampaikan bahwa 97 persen wilayah Aceh telah kembali teraliri listrik pascakerusakan jaringan kelistrikan akibat banjir besar.
“Seluruh Aceh, 97 persen malam ini nyala,” jawab Bahlil ketika ditanya Presiden Prabowo mengenai kondisi kelistrikan di lapangan.
Bahlil juga menargetkan pemulihan penuh pada Senin siang, pukul 12.00 WIB. Pernyataan tersebut kemudian disampaikan kembali dalam laporan resmi Kementerian ESDM.
Namun, hingga Ahad malam dan Senin siang, laporan masyarakat dan pantauan lapangan menunjukkan sejumlah wilayah masih mengalami pemadaman listrik luas.
Banyak Daerah Masih Gelap Gulita
Berdasarkan penelusuran dan laporan warga, pemadaman masih terjadi di berbagai kabupaten/kota, di antaranya: Banda Aceh, Aceh Besar, Nagan Raya, (lAceh Barat), Aceh Selatan, Pidie, Pidie Jaya, Bireuen, Aceh Tamiang, Subulussalam serta sejumlah wilayah terdampak bencana lainnya.
Di banyak lokasi tersebut, jaringan listrik masih padam sejak tiga hingga lima hari terakhir akibat banjir bandang, longsor, serta robohnya sejumlah tower transmisi PLN.
Klaim Bahlil Dinilai Tidak Sesuai Fakta
Akademisi Aceh, Dr Samsuardi, memberikan kritik tajam terhadap pernyataan Menteri ESDM tersebut. Ia menilai klaim pemulihan listrik 97 persen hingga 100 persen tidak sesuai kenyataan di lapangan.
“Berbagai kebohongan diciptakan dengan memberikan informasi bahwa lampu di Aceh bakal normal sejak Jumat, kemudian Sabtu, hingga malam Ahad. Padahal sampai malam ini banyak kabupaten/kota masih padam,” kata Dr. Samsuardi, Ahad (7/12).
Ia menyebut penyampaian informasi yang tidak akurat berpotensi membuat publik kecewa.
“Publik Aceh semakin tidak mempercayai janji-janji pemulihan yang disampaikan PLN dan kementerian. Banyak yang menilai itu hanya upaya mencari muka di hadapan Presiden Prabowo,” tambahnya.
Dr. Samsuardi juga menyoroti bahwa krisis kelistrikan Aceh bukanlah persoalan baru. Menurutnya, gangguan listrik telah sering terjadi jauh sebelum banjir super dahsyat ini melanda.
“Pemadaman lampu sudah sering terjadi di Aceh, terutama sejak memanasnya isu antara Pemerintah Aceh dan Pemerintah Sumut terkait polemik perbatasan Pulau Singkil,” ujarnya.
Ia menilai persoalan kelistrikan di Aceh sudah lama membutuhkan pembenahan struktural, bukan sekadar solusi sementara.



