Banda Aceh, Infoaceh.net — Dr. Muji Mulia resmi meraih jabatan Guru Besar Bidang Pemikiran Politik Islam Kontemporer, Senin (15/12). Capaian akademik tertinggi ini menjadi penanda perjalanan panjang intelektualnya yang berangkat dari ruang sederhana di sebuah gampong di Lambirah, Aceh Besar.
Ia tumbuh di sebuah gampong di Lambirah, Aceh Besar, dalam tradisi keagamaan yang membentuk cara pandangnya sejak dini.
Dari sanalah minatnya pada dunia ilmu perlahan tumbuh, bukan sekadar sebagai pengetahuan, melainkan sebagai jalan pengabdian.
Perjalanan panjang itu kini bermuara pada capaian akademik tertinggi. Muji Mulia resmi meraih jabatan Guru Besar bidang Pemikiran Politik Islam Kontemporer, sebagaimana tertuang dalam Keputusan Menteri Agama RI Rumpun Ilmu Agama Periode II Tahun 2025.
Bagi Muji Mulia, gelar bukanlah titik akhir. “Ilmu tidak berhenti pada gelar,” prinsip itu kerap ia tekankan kepada mahasiswa.
Menurutnya, peran akademisi tidak hanya mengajar, tetapi menjaga nalar kritis agar pemikiran Islam tetap hidup dan relevan dengan perubahan zaman.
Pendidikan formalnya ditempuh secara berjenjang, mulai dari MIN Sungai Limpah, MTsN Jeureula, hingga MAN Sibreh Aceh Besar. Ketertarikan pada kajian keislaman kemudian membawanya ke IAIN Ar-Raniry, Fakultas Tarbiyah, Jurusan Pendidikan Agama Islam dan lulus pada 1998.
Jalan intelektualnya berlanjut melalui Studi Purna Ulama, program magister konsentrasi Pemikiran Islam, hingga kesempatan memperdalam bahasa Arab di Universitas Al-Azhar, Kairo, Mesir, pada 2003.
Pengalaman lintas budaya itu membentuk cara pandangnya terhadap Islam sebagai tradisi intelektual yang terbuka dan dialogis. Pendekatan tersebut semakin matang ketika ia menyelesaikan program doktor dengan konsentrasi Fikih Modern pada 2017.
Sejak itu, fokus kajiannya mengarah pada relasi Islam, negara, dan masyarakat kontemporer, khususnya dalam konteks Aceh.
Saat ini, Muji Mulia mengajar di Pascasarjana UIN Ar-Raniry Prodi Ilmu Agama Islam, sekaligus mengemban amanah sebagai Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Pemerintahan (FISIP) UIN Ar-Raniry Banda Aceh. Di tengah tanggung jawab struktural, ia tetap menjaga ritme menulis dan mengajar.
Sejumlah karyanya mencerminkan konsistensi tersebut, antara lain Problematika Fikih Modern, Syariat Islam dan Isu-isu Kontemporer, Tata Kelola Pemerintahan Berbasis Syariah, serta Relasi Muslim dan Non-Muslim dalam Syariah Islam di Aceh.
Benang merah kajiannya mengaitkan fikih siyasah, pemikiran Ibnu Khaldun, dan realitas sosial-budaya Aceh.
Di luar kampus, Muji Mulia juga aktif dalam kerja-kerja sosial dan keorganisasian. Ia pernah memimpin PMII Fakultas Tarbiyah IAIN Ar-Raniry, terlibat dalam Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan (P2TP2) Aceh, serta kini menjabat Wakil Direktur Center for Research and Culture.
Penyerahan Surat Keputusan Menteri Agama berlangsung Senin (15/12) di Tangerang. Namun bagi Muji Mulia, gelar Guru Besar bukanlah penutup perjalanan. “Ini amanah,” ujarnya, “untuk terus merawat pemikiran Islam yang adil, moderat, dan berpihak pada kemanusiaan.”
Dari Lambirah hingga ruang akademik nasional, kisah Muji Mulia adalah tentang kesetiaan pada ilmu dan tentang Islam yang terus berpikir.



