Oleh: Drs. M. Isa Alima*
Bencama banjir bandang dan longsor yang melanda Aceh telah meninggalkan luka yang mendalam. Rumah-rumah hancur, harta benda lenyap, dan yang lebih memilukan, ada banyak nyawa yang melayang.
Namun, di tengah duka ini, kita melihat secercah harapan: kemanusiaan yang membara di dada setiap orang Aceh.
Sebagai seorang pemerhati publik, saya menyaksikan dengan mata kepala sendiri bagaimana masyarakat Aceh, tanpa memandang perbedaan, bersatu padu membantu sesama.
Relawan, aparat, tokoh masyarakat, dan warga biasa bahu-membahu mengevakuasi korban, menyalurkan bantuan, dan memberikan dukungan.
Ini adalah bukti nyata bahwa kemanusiaan adalah kekuatan terbesar kita. Di saat-saat sulit seperti ini, kita diingatkan bahwa kita adalah satu keluarga, satu bangsa, yang saling membutuhkan dan saling peduli.
Namun, kemanusiaan saja tidak cukup. Kita juga harus merawat damai yang telah lama kita rajut. Jangan biarkan banjir ini merusak persatuan dan kesatuan kita. Mari kita jadikan solidaritas ini sebagai momentum untuk memperkuat tali persaudaraan dan membangun Aceh yang lebih baik.
Saya mengajak seluruh masyarakat Aceh untuk merangkul solidaritas. Bersatu padu membantu para korban banjir tanpa memandang perbedaan.
Menjaga damai. Menahan diri dari segala bentuk provokasi dan perpecahan.
Mengedepankan kemanusiaan Memberikan bantuan dengan tulus, tanpa mengharapkan imbalan.
Memulihkan luka psikologis. Memberikan dukungan moral dan psikologis kepada para korban banjir.
Menahan diri dari emosi. Mengendalikan diri dan menjaga ketenangan demi memulihkan trauma dan menjaga damai.
Aceh telah membuktikan bahwa kita adalah bangsa yang tangguh dan penuh kasih.
Mari kita buktikan sekali lagi bahwa kita mampu bangkit dari keterpurukan dengan kekuatan kemanusiaan.
*Penulis adalah Pemerhati Sosial dan Kebijakan Publik Aceh



