Banda Aceh, Infoaceh.net —
Satu lagi prestasi membanggakan datang dari putri Aceh. Khairunnisa Usman, alumni Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Syiah Kuala (USK), berhasil mencatat sejarah sebagai guru Bahasa Korea pertama asal Aceh yang tampil di kancah internasional.
Khairunnisa diundang sebagai peserta pada Konferensi Guru Bahasa Korea Dunia 2025 (2025 세계한국어교육자대회) yang digelar di Seoul, Korea Selatan, pada Juli 2025 lalu.
Acara prestisius ini merupakan agenda tahunan yang diselenggarakan oleh King Sejong Institute Foundation (KSIF), sebuah lembaga resmi di bawah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Korea Selatan yang berfokus pada pengajaran Bahasa dan Budaya Korea ke seluruh dunia.
Dalam kegiatan tersebut, lebih dari 300 pengajar Bahasa Korea dari berbagai negara hadir untuk bertukar pengetahuan, strategi, serta inovasi dalam pengajaran.
Keikutsertaan Khairunnisa menjadi kebanggaan tersendiri karena ia adalah satu-satunya peserta dari Aceh, bahkan termasuk sedikit dari Indonesia yang mendapat undangan resmi.
“Saya sangat bersyukur dan merasa terhormat bisa menjadi bagian dari forum ini. Banyak sekali ilmu baru yang saya dapat, terutama metode pengajaran berbasis teknologi seperti pemanfaatan AI dalam proses belajar mengajar,” ujar Nisa, sapaan akrabnya, Jum’at (1/8/2025).
Saat ini, Khairunnisa tercatat sebagai tenaga pengajar di King Sejong Institute (KSI) Banda Aceh, sebuah lembaga resmi yang dikelola oleh pemerintah Korea Selatan untuk mempromosikan bahasa dan budaya Korea di Indonesia.
Ia mulai bergabung dengan KSI sebagai staf operasional pada tahun 2023. Melihat tingginya antusiasme masyarakat Aceh terhadap Bahasa Korea, namun minimnya jumlah tenaga pengajar, ia terdorong untuk mengikuti program pelatihan guru yang diadakan oleh KSIF pada 2024.
Berkat kesungguhan dan kompetensinya, ia resmi menjadi guru Bahasa Korea di awal tahun 2025.
Perjalanan Nisa dalam dunia Korea tidak dimulai begitu saja. Pada tahun 2017, ia pernah mendapat beasiswa kursus Bahasa Korea di Jeju University, Korea Selatan, yang menjadi tonggak awal kecintaannya terhadap bahasa dan budaya negeri ginseng tersebut.
Kini, ia terus mendorong generasi muda Aceh agar tidak sekadar menyukai budaya Korea secara pasif, tetapi juga menjadikannya peluang untuk masa depan.
“Saat ini, peluang beasiswa dan kerja di Korea sangat terbuka. Jika kita serius mempelajari bahasanya, itu bisa jadi kunci untuk mengembangkan karier, pendidikan, hingga pengalaman hidup lintas budaya,” jelasnya.
Nisa berharap, langkah kecilnya ini bisa menginspirasi banyak anak muda di Aceh untuk berani bermimpi besar dan menjadikan ketertarikan mereka pada budaya asing sebagai pintu menuju dunia yang lebih luas.



