Aceh Tamiang, Infoaceh.net – Kabupaten Aceh Tamiang kini berada dalam kondisi darurat setelah banjir bandang besar yang menghantam wilayah tersebut menyebabkan lumpuh totalnya aktivitas warga, terputusnya akses, hingga timbulnya ancaman kelaparan massal.
Banyak titik dilaporkan kondisi mirip musibah tsunami 2004 di Banda Aceh, dengan gelimpangan kendaraan dan tumpukan material yang menutup badan jalan.
Di sejumlah ruas jalan protokol, mobil-mobil terlihat terseret arus hingga saling bertumpuk, sebagian tertimbun lumpur tebal, kayu gelondongan dan sampah kiriman banjir yang mencapai ketinggian lima meter.
Kondisi ini memperparah hambatan distribusi bantuan dan membuat sejumlah kecamatan tidak dapat ditembus kendaraan apa pun.
Empat Hari Tak Ada Bantuan, Makanan Kami Habis
Zara, salah satu warga terdampak, mengaku persediaan pangan warga telah habis total karena belum menerima bantuan sejak banjir datang.
“Kami sudah empat hari mengungsi di sini. Apapun bantuan belum dapat. Tidak ada sedikitpun bantuan. Sehingga saat ini makan kami sudah habis,” katanya, Rabu (3/12).
Ia juga menyebut belum adanya evakuasi dari petugas meski warga berada dalam kondisi berbahaya.
“Lewat pun BPBD di sini, kami minta tolong untuk kawan kami yang tersangkut, tidak ada yang mau menolong. Di mana letak kemanusiaan?” ujarnya.
Akses Terputus, Wilayah Terisolasi
Banyak jembatan di Aceh Tamiang rusak berat atau hilang diterjang arus banjir. Material kayu dan lumpur yang menggunung membuat alat berat sulit masuk.
Sejumlah kecamatan seperti Bandar Pusaka, Babu, dan Tenggulun masih benar-benar terisolasi.
Warga di beberapa daerah lain terpaksa berjalan kaki menembus lumpur setinggi lutut hingga pinggang untuk mencari bahan makanan, namun persediaan toko-toko juga sudah habis.
Bupati Aceh Tamiang: Bantuan Masuk, Tapi Distribusi Masih Sulit
Bupati Aceh Tamiang Armia Fahmi memastikan bantuan dari pusat, provinsi, dan kabupaten sudah mulai tiba sejak Senin (1/12) malam, namun distribusi masih terkendala parah.
“Bantuan sudah berdatangan sekarang, baik dari pemerintah pusat, provinsi, maupun dari kami sendiri. Kami sudah membelanjakan uang kami untuk keperluan masyarakat,” ujarnya.
Ia menyebut ada delapan kampung di Kecamatan Sekerah yang menjadi prioritas bantuan karena satu di antaranya dilaporkan hilang akibat banjir.
Bantuan disalurkan melalui Pelabuhan Kualangsa, Pangkalan Susu, serta jalur udara menggunakan helikopter.
Namun perjalanan menggunakan sampan kini memakan waktu hingga tiga jam karena derasnya arus dan banyaknya material kayu.
Rumah Sakit Lumpuh, Posko Kesehatan Belum Lengkap
Sebagian besar fasilitas kesehatan utama tidak berfungsi akibat terendam atau rusak. Pemerintah menyiapkan rujukan ke Medan sambil membangun posko kesehatan di setiap kecamatan.
“Rumah sakit sekarang tidak bisa menerima karena kondisi sudah terimbas banjir,” kata Bupati Armia.
Upaya pembukaan akses dan distribusi logistik terus dilakukan. Namun hingga kini banyak wilayah belum tersentuh bantuan, sementara warga mulai menghadapi kelaparan dan minimnya layanan kesehatan.
Dengan kondisi mobil-mobil berserakan di jalan protokol, sampah kayu menumpuk, dan wilayah-wilayah yang hilang tersapu arus, Aceh Tamiang menghadapi salah satu bencana terbesar sejak tsunami 2004.



