Banda Aceh, Infoaceh.net — Di tengah penderitaan masyarakat Aceh akibat bencana banjir bandang dan tanah longsor, layanan telekomunikasi justru dinilai ikut memperparah situasi.
Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Kota (DPRK) Banda Aceh, Irwansyah, menilai PT Telkomsel menunjukkan sikap minim empati terhadap kondisi darurat yang dialami warga, khususnya di Kota Banda Aceh.
Bencana banjir bandang dan longsor yang melanda Aceh telah melumpuhkan berbagai sendi kehidupan masyarakat. Listrik padam sudah tiga pekan, pasokan LPG tersendat, air bersih sulit diperoleh, dan akses komunikasi menjadi sangat terbatas.
Dalam kondisi krisis seperti itu, keberadaan jaringan telekomunikasi seharusnya menjadi kebutuhan vital, baik untuk koordinasi bantuan, komunikasi keluarga, hingga layanan darurat.
Namun kenyataannya, jaringan Telkomsel di Banda Aceh justru mengalami gangguan serius. Sinyal melemah, koneksi data tidak stabil, bahkan di sejumlah wilayah dilaporkan hilang sama sekali. Kondisi ini memicu keluhan luas dari masyarakat.
Ketua DPRK Banda Aceh, Irwansyah, menyampaikan kekecewaannya secara terbuka.
Ia menyebut Telkomsel tidak menunjukkan keseriusan dalam menjamin layanan komunikasi bagi masyarakat yang sedang dilanda musibah.
“Nggak ada listrik, gak ada LPG, gak ada air bersih. Sekarang sinyal pun bermasalah. Telkomsel menurut saya kurang, bahkan tidak serius melihat kondisi kita di Aceh,” kata Irwansyah yang langsung mendatangi kantor GraPARI Telkomsel di Banda Aceh, Senin (15/12).
Menurut Irwansyah, lemahnya jaringan Telkomsel bukan semata akibat dampak bencana, melainkan juga karena minimnya kesiapan infrastruktur darurat yang dimiliki perusahaan telekomunikasi terbesar di Indonesia tersebut.
Ia mengungkapkan fakta mencengangkan bahwa dari sekitar 150 tower BTS Telkomsel yang tersebar di Banda Aceh, hanya sekitar 20 unit yang dilengkapi genset sebagai sumber listrik cadangan.
Artinya, mayoritas BTS sangat bergantung pada pasokan listrik dari PLN yang hingga kini belum sepenuhnya pulih pascabencana.
“Bayangkan, dari 150-an BTS Telkomsel di Banda Aceh, hanya sekitar 20-an yang punya genset. Pantas saja sinyal kita rusak dan terganggu ketika listrik padam,” ujarnya.
Irwansyah menilai kondisi ini mencerminkan lemahnya mitigasi bencana yang dilakukan Telkomsel, khususnya di wilayah yang secara geografis rawan bencana seperti Aceh.
Padahal, menurutnya, Telkomsel adalah perusahaan besar dengan sumber daya dan kemampuan finansial yang sangat memadai.
“Telkomsel bukan perusahaan kacangan. Ini perusahaan besar. Jangan bilang tidak ada uang untuk menyediakan genset di banyak BTS,” tegasnya.
Sebagai wakil rakyat dan perpanjangan lidah masyarakat Banda Aceh, Irwansyah secara resmi meminta Telkomsel segera melakukan langkah konkret.
Ia mendesak agar Telkomsel menambah jumlah BTS yang didukung genset mandiri atau sumber energi cadangan lainnya, sehingga jaringan komunikasi tetap dapat berfungsi meskipun listrik dari PLN belum normal.
“Jangan sampai semua BTS Telkomsel bergantung penuh pada PLN, sementara sampai hari ini listrik juga belum 100 persen pulih. Ini soal kesiapsiagaan dan tanggung jawab sosial perusahaan,” katanya.
Ia menegaskan di tengah situasi bencana, akses komunikasi bukan sekadar layanan komersial, melainkan kebutuhan dasar masyarakat.
Tanpa sinyal, warga kesulitan menghubungi keluarga, meminta pertolongan, maupun mengakses informasi penting terkait bantuan dan kondisi darurat.
“Komunikasi itu nyawa di saat bencana. Kalau sinyal mati, masyarakat makin terisolasi dan menderita,” ujar Irwansyah.
Lebih jauh, Irwansyah juga menyoroti aspek empati dan kepedulian sosial. Ia menilai Telkomsel belum menunjukkan kehadiran yang nyata di tengah penderitaan rakyat Aceh, baik melalui perbaikan cepat jaringan, penambahan fasilitas darurat, maupun langkah-langkah kemanusiaan lainnya.
“Tolong hadirkan sedikit hati dan empati untuk kami di Aceh, khususnya Banda Aceh. Sudah cukup banyak derita yang kami rasakan saat ini,” ucapnya.
Ia berharap Telkomsel tidak hanya melihat Aceh sebagai pasar, tetapi juga sebagai wilayah yang membutuhkan perhatian khusus, terutama ketika bencana melanda.
Menurutnya, keuntungan besar yang diraih perusahaan seharusnya sebanding dengan tanggung jawab sosial yang ditunjukkan kepada masyarakat.
Di akhir pernyataannya, Irwansyah menyampaikan doa dan harapan agar masyarakat Aceh diberikan kekuatan dan ketabahan dalam menghadapi musibah beruntun yang terjadi.
“Semoga Allah memberikan pahala yang besar atas kesabaran luar biasa yang dimiliki oleh warga Banda Aceh dan seluruh rakyat Aceh,” pungkasnya.
Hingga berita ini diturunkan, belum ada keterangan resmi dari pihak Telkomsel terkait kritik dan tuntutan yang disampaikan Ketua DPRK Banda Aceh tersebut.
Masyarakat berharap perusahaan segera mengambil langkah nyata agar layanan komunikasi dapat kembali normal dan mendukung proses pemulihan pascabencana di Aceh.



