BANDA ACEH – Yayasan Aceh Bergerak Multiplatform berkolaborasi dengan Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah Aceh akan menggelar pemutaran film garapan sineas Aceh.
Gala Premiere itu digelar dalam rangka memperingati 18 tahun bencana gempa dan tsunami Aceh. Kegiatan pemutaran film akan berlangsung selama dua hari di Indoor Taman Seni dan Budaya Aceh, Sabtu-Ahad (24-25/12/2022).
Kepala Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah I Aceh Piet Rusdi mengatakan, pasca 18 tahun tsunami melanda, Aceh mulai banyak melahirkan pemuda kreatif yang mampu membuat film sekelas nasional. Film yang dibuat itu sangat penting sebagai bahan edukasi dan referensi bagi masyarakat untuk mengenal dan melestarikan kebudayaan Aceh.
Sedikitnya ada 10 judul film yang diproduksi oleh BPK Wilayah Aceh bekerja sama dengan sejumlah rumah produksi di Kota Banda Aceh tersebut yang akan diputar.
BPK Wilayah Aceh memfasilitasi produksi film untuk para pelaku kreatif khususnya para sineas Aceh, serta membuka peluang untuk pelaku kreatif di sektor lainnya, seperti pembuat musik film, animator, penulis, serta sejumlah pelaku industri kreatif lainnya.
“Kami sangat senang bisa berkolaborasi dengan pemuda-pemuda kreatif Aceh yang mampu membuat aneka jenis film. Ide segar dari mereka dalam mengemas cerita baik sejarah, budaya Aceh ternyata mampu diterima oleh semua kalangan. Mudah-mudahan dengan adanya pemutaran perdana film yang diproduksi tahun ini bisa mengembalikan ingatan kolektif masyarakat Aceh,” kata Piet Rusdi.
Selain pemutaran film, juga akan dilakukan deklarasi Aceh sebagai pusat kota kreatif terutama dalam menciptakan peluang-peluang kreatif dalam industri perfilman baik tingkat lokal maupun nasional.
“Insya Allah kami dari Yayasan Aceh Bergerak akan melaksanakan event besar akhir tahun ini dengan memutar 18 film karya sineas Aceh dari berbagai genre, melibatkan komunitas serta sejumlah Rumah Produksi Film yang selama ini menjadi pelopor hidupnya sektor perfilman di Aceh. Selain itu mereka juga bergerak secara partisipatif untuk menyuarakan banyak persoalan di Aceh melalui film,” kata Ketua Yayasan Aceh Bergerak Ambia Dianda.