OJK: Lembaga Keuangan Syariah di Aceh Tumbuh Positif, Aset Capai Rp 52,66 Triliun
BANDA ACEH – Kepala Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Aceh Yusri memaparkan perkembangan kinerja Lembaga Jasa Keuangan (LJK) di Aceh yang terus tumbuh dan stabil serta hasil Survei Nasional Literasi dan Inklusi Keuangan (SNLIK) Tahun 2022.
Hal itu disampaikannya saat menerima kunjungan kerja anggota Komite IV Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia (DPD RI), H. Sudirman atau yang dikenal dengan Haji Uma di Kantor OJK Aceh, Banda Aceh, Rabu (26/7).
Saat ini, entitas LJK yang beroperasional di Aceh terdiri dari 13 Bank Umum Syariah (BUS) dan Unit Usaha Syariah (UUS) serta 14 BPR/S, 55 perusahaan IKNB (terdiri perusahaan pembiayaan, asuransi, pergadaian, BPJS, LKMS, Dana Pensiun, Modal Ventura, sampai dengan perusahaan penjaminan), serta dari entitas pasar modal juga terdapat perusahaan sekuritas.
Per Juni 2023, perbankan masih mendominasi aktivitas LJK di Aceh dengan aset (Bank Umum) telah mencapai Rp 52,66 triliun dan total Dana Pihak Ketiga sebesar Rp 38,86 triliun, serta pembiayaan mencapai Rp 36,10 triliun.
Fungsi intermediasi perbankan meningkat signifikan yang tercermin dari Finance to Deposit Ratio (FDR) sebesar 92,90 persen (Desember 2022: 83,36 persen), serta rasio pembiayaan bermasalah (NPF) cukup rendah dan terkendali sebesar 1,96 persen atau lebih rendah dari NPF nasional sebesar 2,44 persen.
Lebih lanjut Yusri juga menyampaikan, berdasarkan SNLIK Tahun 2022, tingkat literasi dan inklusi keuangan masyarakati Aceh berada di atas tingkat literasi dan inklusi nasional serta meningkat dibanding periode survei sebelumnya pada 2019.
Tingkat literasi masyarakat Aceh saat ini sebesar 49,87 persen (nasional: 49,68 persen) meningkat dari survei tahun 2019 sebesar 44,36 persen (nasional: 38,03 persen).
Sedangkan tingkat inklusi sebesar 89,87 persen (nasional: 85,01 persen) meningkat dari survei tahun 2019 sebesar 86,09 persen (nasional: 76,19 persen).
Menurutnya, selain meningkatkan tingkat literasi dan inklusi, tantangan berikutnya adalah memperkecil gap antara tingkat literasi dan inklusi. Gap antara tingkat literasi dan inklusi masyarakat Aceh pada tahun 2022 dapat diperkecil menjadi 40,00 persen dibandingkan gap pada tahun 2019 sebesar 41,73 persen.