USK Tawarkan Solusi Ketahanan Pangan Global: Aceh Bisa Jadi Pusat Inovasi Pertanian Dunia
Banda Aceh, Infoaceh.net — Di tengah ancaman perubahan iklim dan krisis pangan global, Universitas Syiah Kuala (USK) Banda Aceh tampil sebagai motor penggerak inovasi pertanian dunia. Melalui forum bergengsi The 7th International Conference on Agriculture and Bio-Industry (ICAGRI 2025), kampus kebanggaan Aceh ini menggagas solusi nyata untuk ketahanan pangan global dan keberlanjutan bioindustri.
Konferensi yang dibuka pada Kamis (9/10/2025) di Gedung AAC Dayan Dawood, Banda Aceh, menghadirkan ratusan ilmuwan, akademisi, dan praktisi dari berbagai negara. Tahun ini, ICAGRI mengusung tema: “Advancing Global Agricultural Innovations, Sustainability, and Food Security.”
Rektor USK, Prof Dr Ir Marwan dalam sambutannya menegaskan bahwa ICAGRI bukan sekadar ajang akademik, melainkan ruang strategis untuk memperkuat kerja sama lintas negara dalam menghadapi tantangan pangan dunia.
“Sektor pertanian kini menghadapi persoalan yang sangat kompleks. Melalui ICAGRI, kita berupaya membangun jejaring kolaboratif dan merumuskan solusi yang bisa diimplementasikan bagi keberlanjutan dunia,” ujar Prof. Marwan.
Ia menambahkan, forum ilmiah internasional ini menjadi wadah penting bagi para peneliti untuk berbagi pengetahuan dan memperkuat sistem pangan yang lebih tangguh, efisien, serta berkelanjutan.
Kekuatan ICAGRI 2025 terlihat dari kehadiran empat keynote speakers ternama dunia, yakni:
Prof Muhammad Farooq dari Sultan Qaboos University, Oman.
Prof Shawn Laffan dari University of New South Wales, Australia.
Asst. Prof Dr Rattapon Saengrayap dari Mae Fah Luang University, Thailand.
Prof Atsushi Yoshimoto dari The Institute of Statistical Mathematics, Jepang.
Keempatnya menyoroti isu strategis seperti efisiensi sumber daya, bioteknologi pertanian, dan analisis spasial (keruangan) untuk mendukung transformasi sektor pertanian global.
Selain sesi pleno, lebih dari 150 makalah ilmiah dipresentasikan oleh para akademisi dari berbagai negara dalam diskusi paralel.
Salah satu sorotan ICAGRI 2025 datang dari para peneliti USK yang memamerkan dua inovasi unggulan:
- Pengembangan Pupuk Hayati berbasis Trichoderma dan Bacillus yang mampu meningkatkan kesuburan tanah secara alami.
- Teknologi Smart Aquaponics berbasis Internet of Things (IoT) yang dirancang untuk efisiensi penggunaan air sekaligus menjadi media pembelajaran ramah lingkungan.
Kedua inovasi ini memperlihatkan bagaimana sains dapat berpadu dengan kearifan lokal untuk menjawab tantangan global.
“Inovasi pertanian tidak boleh berhenti di laboratorium. Harus ada dampak nyata bagi petani dan masyarakat,” tegas Dekan Fakultas Pertanian USK, Prof Dr Ir Sugianto MSc PhD.
Selain membahas teknologi pertanian, ICAGRI 2025 juga menyoroti pentingnya aspek sosial-ekonomi dalam pengembangan sektor pangan. Tema seperti kewirausahaan hijau, bioindustri berkelanjutan, dan adaptasi pertanian terhadap perubahan iklim menjadi bagian penting dari agenda konferensi.
Diskusi ini diharapkan mampu memantik kebijakan dan riset terapan yang berpihak pada petani, lingkungan, dan keberlanjutan ekonomi daerah.
Sebagai bentuk komitmen akademik, makalah-makalah terbaik dari ICAGRI 2025 akan diterbitkan dalam IOP Conference Series: Earth and Environmental Science — jurnal ilmiah internasional bereputasi dan terindeks Scopus.
Selain kegiatan ilmiah, panitia juga menyiapkan city tour bagi peserta ke sejumlah destinasi budaya dan sejarah di Banda Aceh. Aktivitas ini menjadi sarana promosi potensi wisata dan keindahan Aceh di mata dunia.
Dengan kehadiran ratusan peneliti dari Asia, Australia, Timur Tengah, hingga Eropa, ICAGRI 2025 menjadi bukti nyata bahwa Aceh kini tidak hanya dikenal sebagai Serambi Mekkah, tetapi juga layak disebut Serambi Inovasi Pertanian Dunia.
Kasih Komentar