Dai Kondang Aceh Ustadz Amri Fatmi Diundang Safari Ramadhan ke Amerika dan Kanada
Sidang disertasi ini dipimpin langsung oleh pembimbing utama Prof. Dr. Ahmad Thalaat Al-Ghannam dan Prof. Dr. Gamal Saad Mahmud Gum’ah. Proses persidangan sendiri berlangsung lancar dan khidmat. Amri Fatmi berhasil menjawab semua pertanyaan rumit yang diajukan penguji dengan cukup baik.
Disertasinya yang berjudul asli “Mauqif Ulama Al-Azhar min Al-Fikri Al-Maddiy Khilal Al-Qarni Al-‘Isyriin Al-Miladiy” ini mendapat apresiasi yang luar biasa dari penguji sidang Prof. Dr. Ibrahim Abdul Syafi dan Prof. Dr. Hasan Muharram Al-Huwainy. Bahkan Prof. Dr. Ibrahim Abdul Syafi memuji penelitiannya dan tidak mengkritisi apapun dari isi disertasi.
“Al-Azhar sangat bangga dengan penelitian disertasi ini. Peneliti menggambarkan dengan detail pemikiran ulama Al-Azhar sepanjang abad 20 dalam menghalau materialisme. Bahkan terkadang dalam salah satu pembahasannya, saya merasa diingatkan untuk menolak setiap gerakan pemikiran materialisme, karena Al Azhar adalah tameng utama dalam menghalau pemikiran yang tersebut,” ungkap Prof. Ibrahim.
Prestasi yang cukup membanggakan ini merupakan hasil kerja keras alumnus Madrasah Aliyah Ruhul Islam Anak Bangsa (RIAB) Aceh Besar setelah melewati penelitian rumit dan panjang terhadap sikap kritis ulama Al-Azhar terhadap pemikiran materialisme.
Berangkat dari Keluarga Sederhana
Lahir dari keluarga petani biasa, tidak membuat Tgk Amri menyurutkan niat menuntut ilmu di Al-Azhar. Pria kelahiran desa Ujoeng Leubat, Lueng Putu, Pidie Jaya ini mengisi masa kecilnya dengan membantu orang tua di sawah dan mengembala ternak. Namun hal ini tidak memudarkan cita-citanya untuk melanjutkan studi di luar negeri.
Gelar Doktor yang Tgk Amri raih menambah daftar mahasiswa Indonesia yang berhasil mengkhatamkan ilmu di Universitas Al-Azhar hingga tahap akhir. Tak banyak mahasiswa Indonesia yang berhasil meraih gelar Doktor di sini. Ia termasuk gigih dalam menggapai hal yang bagi sebagian mahasiswa dianggap sulit dengan sistem pendidikan Al-Azhar yang keras, kritis dan disiplin. Bahkan, ia menyelesaikan masa studinya relatif cepat, lebih kurang tiga tahun. (IA)