Prof Damanhuri: Aceh Punya Semua Potensi, Tapi Butuh Persatuan untuk Bangkit
Ayat ini menjadi pengingat bahwa persatuan dalam ketaatan kepada Allah SWT adalah kunci keberhasilan.
Sebagai contoh, Prof. Damanhuri mengungkap kisah Suku Aus dan Khazraj di Madinah yang berkonflik selama 120 tahun sebelum disatukan oleh Rasulullah SAW. Setelah itu, Madinah bangkit menjadi kota peradaban yang maju dan makmur.
“Ketika Aceh bersatu, tidak ada kekuatan yang mampu menundukkannya,” tegasnya.
Tiga Pilar Pembangunan Islami
Dalam rangka mewujudkan Aceh yang Islami dan sejahtera, Prof. Damanhuri menekankan pentingnya tiga pilar pembangunan Islami yang harus dikedepankan:
Pembangunan Spiritual
Menguatkan iman dan takwa melalui pendidikan agama dan teknologi yang berkualitas, serta membentuk insan yang berakhlak mulia.
Ekonomi Berkah
Membangun sistem ekonomi yang bersih dari riba dan praktik-praktik haram, menjunjung kejujuran, keadilan, dan menolak monopoli serta penipuan.
Pembangunan Sosial
Meningkatkan solidaritas dan kepedulian antarwarga melalui zakat, infak, dan sedekah, membangun masyarakat yang peduli dan saling membantu.
Prinsip pembangunan Islami tersebut harus berlandaskan tauhid, keseimbangan antara jasmani dan rohani, menyeluruh dalam aspek kehidupan, adaptif terhadap perkembangan zaman, dan berkelanjutan.
Selain membahas pembangunan Aceh, Prof. Damanhuri juga mengajak jamaah untuk berdoa dan memperjuangkan kemerdekaan Palestina yang masih berada di bawah penjajahan Zionis Israel.
“Semoga kemerdekaan Palestina segera terwujud. Aamiin,” ujarnya penuh harap.
Di akhir khutbah, ia mengutip pesan dari Syekh Abdurrauf As-Singkili yang mengingatkan manusia tentang kefanaan dunia dan pentingnya memanfaatkan waktu dengan sebaik-baiknya:
“Wahai manusia, hari ini kau tertawa di atasku, besok kau akan menangis di dalamku. Maka luaskanlah, terangkanlah, dan manfaatkan waktumu di dunia ini.”