Banda Aceh — Berbicara di Provinsi Aceh, Sekjen Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) Hasto Kristiyanto mengatakan bahwa sejarah tentang bagaimana api keislaman Proklamator RI Ir Soekarno berusaha dihilangkan.
Menurut Hasto, Bung Karno sangat mengagumi Aceh karena semangat patriotismenya dan tak mudah menyerah. Namun, kedekatan itu berusaha diputus melalui isu-isu terkait agama.
“Pada 1965, Bung Karno mendapat gelar pendekar dan pembebas bangsa Islam. Kenapa tak ada di dokumen sejarah kita?” kata Hasto yang juga Doktor Ilmu Pertahanan.
Hal itu disampaikannya dalam Silaturrahmi Nasional dan Kuliah Umum bertema “Api Islam, Nasionalisme dan Pancasila dalam Pemikiran Bung Karno” yang digelar di Auditorium Prof Ali Hasjmy Kampus Universitas Islam Negeri (UIN) Ar Raniry Banda Aceh, Jum’at (23/9/2022).
Lanjut Hasto, hal tersebut membuatnya melakukan penelitian soal geopolitik Soekarno lewat disertasinya di Universitas Pertahanan RI. Dengan itu, Hasto ingin menunjukkan soal dasar Indonesia merdeka, dan bagaimana seharusnya orang Indonesia bergerak keluar (outward looking).
“Bahwa kompetitor kita adalah bangsa luar yang melakukan kolonialisme dan imperialisme, bukan melawan anak bangsa sendiri,” imbuhnya.
Hasto menjelaskan bagaimana Bung Karno berguru tentang Islam pada sejumlah tokoh bangsa seperti Tuan Hasan dari Persis dan HOS Cokroaminoto. Soekarno adalah seorang santri. Tapi Orde Baru mengaitkannya dengan 1965 dan komunisme.
“Padahal itu tak benar. Sejarah menunjukkan bagaimana Soekarno menolak menemui pemimpin Soviet Kruschev jika tak bisa menemukan makam Imam Al Bukhari. Jadi kalau ada yang isukan Bung Karno tak dekat dengan orang Islam, itu salah besar,” tegasnya.
Dilanjutkannya, Bung Karno membuktikan bahwa Pancasila adalah ideologi politik dunia, lewat Pelaksanaan Konferensi Asia Afrika. Konferensi ini mengawali gerakan yang memerdekakan negara-negara seperti Aljazair, Maroko dan Pakistan.
“Belajar sejarah ini kita belajar api semangat para pendiri bangsa, sehingga kita di masa kini bisa berdiri kokoh mencari penyelesaian atas masalah yang kita hadapi di masa kini dan merangkai masa depan,” kata Hasto.
“Jangan lagi kita cenderung berantem antar anak bangsa padahal yang kita hadapi adalah bangsa-bangsa asing yang akan terus berusaha kembali menjajah kita,” tegasnya.
Dan Indonesia harus kembali mengambil peran di internasional. Sebagai contoh, Indonesia harus bisa mengambil peran mendamaikan antara Arab Saudi dengan Iran.
Pada titik itulah peran kampus seperti UIN Ar Raniry menjadi penting. Yakni menggembleng para mahasiswa menjadi calon pemimpin bangsa yang mampu membawa negara Indonesia menjadi pemimpin diantara bangsa-bangsa di dunia.
“Di UIN ini saya percaya bahwa mahasiswa adalah masa depan. Di UIN, mahasiswa akan digembleng, bagaimana agama dan intelektualitas bersenyawa,” katanya.
Selain itu, kampus juga harus mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Hasto memberi contoh bagaimana kuliner Aceh luar biasa. Dengan sentuhan teknologi dan hasil riset dari kampus-kampus di Aceh, kuliner Aceh seharusnya bisa bersaing baik di level nasional maupun dunia.
Selain itu, kampus di Aceh harus memikirkan juga pengembangan Aceh dengan karakter geopolitiknya, khususnya terkait wilayah maritimnya. Hasto memberi contoh mengenai potensi Sabang. Jika Terusan Kra di Thailand jadi dibuka, maka Sabang akan menjadi primadona.
“Ada pihak yang berusaha melakukan lobi politik agar terusan itu tak dibangun. Padahal kalau dibangun, akan terbuka pengembangan di wilayah Sabang. Di Sabang lah titik nol Indonesia, dari Sabang sampai Merauke,” kata Hasto.
Tak lupa Hasto mendorong Menteri BUMN Erick Thohir untuk kerja sama dengan perguruan tinggi menjadi pusat pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
“Di sini ada misalnya PT Pupuk Iskandar Muda. Kita berharap Menteri BUMN Pak Erick Thohir untuk mendorong BUMN bekerja sama dengan perguruan tinggi sehingga menjadi pusat pengembangan iptek dan pusat penggemblengan mahasiswa jadi calon pemimpin bangsa,” kata Hasto.
Hadir di acara itu ratusan mahasiswa dan sivitas akademi UIN sebagai peserta acara. Hasto hadir bersama Anggota DPR RI Fraksi PDIP yang juga Ketua Umum Pagar Nusa Gus Nabil Haroen, Fungsionaris PDIP Pulung Agustanto, dan Kepala Sekretariat PDIP Yoseph Aryo Adhie Dharmo. Jajaran PDIP Aceh dipimpin oleh Ketua DPD PDIP Aceh Muslahuddin Daud. (IA)



