Banda Aceh, Infoaceh.net — Rumah Sakit Umum Daerah dr Zainoel Abidin (RSUDZA) Banda Aceh sebagai rumah sakit rujukan utama di Aceh telah melakukan berbagai langkah pelayanan ekstra sejak bencana melanda sejumlah kabupaten/kota di Aceh.
Langkah ini merupakan bagian penting dari upaya tanggap darurat yang ditekankan langsung oleh Gubernur Aceh agar pelayanan kesehatan bagi korban bencana tetap optimal dan tidak terganggu.
Juru Bicara Pemerintah Aceh, Muhammad MTA, menyampaikan bahwa sejak awal bencana, RSUDZA telah menyiapkan kesiapsiagaan penuh, baik dari sisi sumber daya manusia, layanan medis, hingga sistem penunjang rumah sakit.
“RSUDZA memberikan pelayanan subspesialistik yang lengkap, dengan tenaga medis subspesialistik yang selalu siaga 24 jam, tujuh hari dalam seminggu,” kata Muhammad MTA dalam keterangannya, Rabu (31/12).
Ia menjelaskan, kesiapsiagaan tersebut didukung oleh layanan penunjang yang berfungsi optimal, mulai dari laboratorium, radiologi, farmasi, gizi, laundry, Central Sterile Supply Department (CSSD), hingga pemulasaraan jenazah.
Selain itu, sistem utilitas rumah sakit seperti listrik, air bersih, sanitasi, dan gas medis dipastikan tetap tersedia dan terjaga selama masa tanggap bencana.
Menyikapi kondisi darurat akibat bencana di berbagai daerah, manajemen RSUDZA juga mengambil langkah-langkah strategis dan terpadu sebagai bentuk kesiapsiagaan dalam penanganan korban bencana maupun pasien rujukan.
Sejak 29 November 2025, RSUDZA telah mengirimkan personel tenaga medis dan tenaga kesehatan ke daerah-daerah terdampak bersama Tim Dinas Kesehatan Aceh.
Daerah yang mendapatkan dukungan langsung tersebut meliputi Pidie Jaya, Bireuen, Aceh Tengah, Bener Meriah, Aceh Utara, Aceh Timur, dan Aceh Tamiang.
Tim RSUDZA memberikan pelayanan kesehatan primer dan spesialistik bagi para korban bencana di wilayah tersebut.
Adapun layanan yang diberikan mencakup berbagai bidang spesialistik, antara lain emergency medik, anak, bedah, anestesi, penyakit dalam, jantung, neurologi, kulit dan kelamin, THT, pulmonologi, layanan umum, keperawatan, serta layanan medis lainnya.
Pelayanan ini hingga kini masih terus berlangsung sesuai dengan kebutuhan di lapangan.
Selain pelayanan langsung ke lokasi bencana, RSUDZA juga menerima dan memfasilitasi rujukan pasien melalui medivac-air (ambulans udara) dari wilayah-wilayah yang tidak dapat dijangkau melalui jalur darat akibat terputusnya jalan dan jembatan.
Proses ini dilakukan melalui koordinasi dengan berbagai pihak, termasuk Lanud, Kesdam, Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP) dan Public Safety Center (PSC).
Seiring meningkatnya jumlah pasien rujukan dan mulai pulihnya akses rujukan darat, RSUDZA saat ini juga tengah melakukan pengembangan ruang transit di Instalasi Gawat Darurat (IGD).
Langkah ini bertujuan untuk mengatasi kondisi over crowded serta mengurangi penumpukan pasien di IGD.
Dalam upaya memperkuat kapasitas layanan, RSUDZA juga telah menambah 120 tempat tidur rawat inap.
Dengan penambahan tersebut, jumlah tempat tidur RSUDZA yang sebelumnya berjumlah 839 bed pada tahun 2025, kini meningkat menjadi 959 bed rawat inap.
Sejak bencana berlangsung, tercatat sekitar 146 pasien dari daerah terdampak telah dirujuk dan ditangani di RSUDZA Banda Aceh.
Pemerintah Aceh memastikan bahwa berbagai langkah pemulihan dan penguatan layanan kesehatan terus dilakukan di bawah supervisi ekstra dari Pemerintah Pusat.
“Dalam beberapa kesempatan, Gubernur Aceh selalu berharap agar seluruh elemen masyarakat dan pemangku kepentingan dapat terus bersatu demi Aceh yang lebih baik dan bangkit dari bencana ini,” ujar Muhammad MTA.



