BANDA ACEH — Publikasi hasil survey yang dilakukan oleh University of Maryland yang menyebutkan Aceh terendah menggunakan masker sebagai salah satu protokol kesehatan pencegahan Covid-19.
Menurut Pengamat Kebijakan Publik Aceh Dr. Nasrul Zaman ST MKes, hasil survei tersebut merupakan hal yang sudah diperkirakan sejak awal dan kita harus membenarkannya.
“Sejak Satgas covid-19 dibentuk upaya edukasi masyarakat untuk peningkatan kesadaran melakukan protokol kesehatan nyaris tidak dilakukan secara bottom up dan penegakan aturan prokes yang lemah oleh Pemerintah Aceh dan pemerintah kabupaten/kota.
“Satgas lebih banyak program kampanye lini atas seperti spanduk, baliho, radio dan iklan berbayar dibanding melakukan pemberdayaan masyarakat melalui komunitas, ormas, OKP dan tokoh agama,” ujar Nasrul Zaman, Sabtu (15/5).
Dijelaskannya, pesan-pesan pada spanduk dan media cetak yang tidak mudah dibaca, sulit dipahami dan penggunaan bahasa yang sama pada seluruh lapisan masyarakat menjadi nilai minus tersendiri.
Misalnya spanduk bagi siswa SD dan warga di masjid-masjid tulisan dan bentuknya sama, di baliho tulisannya kecil-kecil dan tidak menarik serta banyak kelemahan lainnya dari sisi kampanye media.
Seharusnya jika hendak meningkatkan kesadaran warga untuk taat prokes termasuk penggunaan masker maka yang harus dilakukan adalah edukasi warga secara massif yang menggunakan seluruh saluran formal dan informal organisasi dan kelompok warga masyarakat yang ada dan tumbuh di kehidupan sehari hari.
“Kita melihat untuk Aceh yang memposisikan tokoh agama sebagai panutan dan sangat dipatuhi warga, kelompok tokoh ini belum pernah diberdayakan oleh Pemerintah Aceh untuk kampanye peningkatan kesadaran kepatuhan prokes. Disamping penegakan hukum yang dilakukan tidak sepenuh hati dan terkesan malu-malu untuk bertindak tegas dan terukur,” pungkasnya. (IA)