BANDA ACEH — Universitas Syiah Kuala (USK) Banda Aceh kembali mengukuhkan lima guru besar (profesor) baru dalam Sidang Senat Terbuka yang dipimpin Ketua Senat Prof Dr Ir Abubakar MS. Pengukuhan dilaksanakan secara daring dan luring dari Gedung AAC Dayan Dawood, Darussalam, Selasa (7/9).
Mereka yang dikukuhkan kali ini adalah Prof Dr dr Teuku Heriansyah SpJP (K)-FIHA FESC FAsCC, Prof Dr Ir Yunardi MASc, Prof Dr Teuku Yuliar Arif ST MKom, Prof Dr Teuku Mohammad Iqbalsyah SSi MSc, serta Prof Dr Ir Razali MSi MT.
Pengukuhan dilaksanakan dengan menerapkan protokol kesehatan mengingat pandemi Covid-19 belum berakhir. Pihak keluarga dan undangan yang diizinkan hadir secara langsung sangat terbatas.
Rektor USK Prof Dr Ir Samsul Rizal MEng IPU ASEAN.Eng dalam pidatonya menyampaikan rasa syukur, meskipun pandemi Covid-19 membatasi aktivitas dalam banyak hal dua tahun terakhir, namun laju pertumbuhan jumlah profesor di USK, masih cukup baik. Di tahun 2021 saja, USK mengukuhkan 16 guru besar.
“Termasuk 5 orang yang dikukuhkan hari ini. Hal ini menunjukkan semua upaya yang kita jalankan untuk mempercepat pertumbuhan jumlah profesor di USK, diridhai Allah, dan telah terlihat hasilnya,” ucap rektor.
Namun begitu pihaknya mengaku, juga realistis dengan kenyataan, dalam rentang waktu yang sama, USK juga kehilangan beberapa profesor, baik karena purna tugas, ataupun meninggal dunia. Saat ini, USK hanya memiliki 93 orang profesor yang tersebar di hampir seluruh fakultas. Jumlah tersebut baru mencapai 5,9% dari jumlah total dosen yang ada di USK, yang mencapai 1.569 orang.
“Dari 93 orang profesor yang kita miliki, Fakultas Teknik masih menjadi yang terdepan sebagai fakultas dengan jumlah profesor terbanyak di Universitas Syiah Kuala. Sebanyak 29 orang profesor berasal dari fakultas ini, termasuk 3 orang yang dikukuhkan hari ini,” ungkap Prof Samsul Rizal.
Saat ini, USK memiliki 421 orang dosen yang berjabatan lektor kepala. Jika 5% saja dari jumlah ini mampu mencapai level profesor di tahun ini, maka dalam waktu dekat jumlah profesor USK sudah melebihi 100 orang.
“Saya yakin, sebelum saya selesai (menjabat sebaga rektor) yang akan berakhir Februari depan, insya Allah kita (USK) akan mencapai 100 profesor,” tutur rektor dengan optimis.
Rektor USK menyampaikan, salah satu profesor yang diharapkan akan mampu berinovasi dan berkiprah untuk kesejahteraan bangsa adalah Prof Dr dr Teuku Heriansyah SpJP (K)-FIHA FESC FAsCC.
Prof. Teuku Heriansyah, memfokuskan penelitiannya pada inovasi pengembangan diagnosis dan terapi penyakit jantung dan pembuluh darah atau CVD melalui kajian kardiologi molekular.
“Seperti yang kita semua tahu, penyakit jantung dan pembuluh darah masih menjadi salah satu penyakit berbahaya dan merupakan pembunuh nomor satu di dunia. Karenanya, setiap inovasi yang dihasilkan untuk mengatasi penyakit ini, sangat berharga dan Insya Allah dapat menolong nyawa manusia,” kata Prof Samsul Rizal.
Berbeda dengan Prof Heriansyah yang berkiprah secara langsung di dunia kesehatan, Prof Dr Ir Yunardi MASc bersumbangsih di bidang teknik kimia, yang sesungguhnya juga berorientasi pada kualitas kesehatan manusia. Riset yang ditekuni Prof Yunardi sangat penting dalam upaya pengurangan emisi bahan bakar.
“Pada akhirnya, penelitian ini secara tidak langsung berpotensi mengurangi dampak pemanasan global dengan meminimalisir kehadiran gas-gas berbahaya yang tidak diinginkan,” terang rektor.
Sementara Prof Dr Teuku Yuliar Arif ST MKom justru melakukan riset dengan dunia maya. Prof Teuku Yuliar Arif adalah salah satu pakar di bidang teknologi telekomunikasi nirkabel. Prof Teuku Yuliar Arif selama ini fokus meneliti pengembangan algoritma pemilihan kecepatan data untuk meningkatkan kinerja jaringan telekomunikasi nirkabel ini.
“Sampai saat ini, Prof Teuku Yuliar Arif masih meneliti penggunaan metode multirate untuk mempercepat registrasi massal perangkat Internet of Things dan metode pencegahan serangan terhadap keamanan jaringan telekomunikasi nirkabel,” jelasnya.
Prof Dr Teuku Mohammad Iqbalsyah SSi MSc juga berpotensi mengharumkan nama USK di percaturan keilmuan dunia. Kepakarannya di bidang biokimia, terutama yang terhubung dengan enzim hasil produksi mikroorganisme ekstremofilik. Enzim jenis ini sangat dibutuhkan masa sekarang dan masa mendatang, untuk mendukung perkembangan bioteknologi, karena enzim ini memiliki aktivitas yang lebih stabil pada berbagai kondisi.
Selain itu, enzim ini juga memiliki afinitas substrate serta regio – dan stereoselektivitas yang relatif lebih baik. Prof Teuku Mohammad Iqbalsyah bersama group risetnya selama beberapa tahun terakhir fokus mencari enzim baru yang memiliki karakter yang lebih baik, yaitu dengan cara mengisolasi mikroorganisme baru, khususnya yang berasal dari habitat unik.
“Hasilnya, Prof Teuku Mohammad Iqbalsyah telah berhasil mengisolasi banyak strain bakteri dari fumarol bawah laut di wilayah Pria Laot, Sabang,” beber Rektor.
Namun begitu, capaian positif tersebut sejatinya masih menyisakan PR bersama. Kata rektor, salah satu catatan penting dari jumlah profesor yang ada di USK adalah, masih minimnya profesor di bidang sosial humaniora.
Dari 93 profesor, hanya 24 orang profesor yang berasal dari fakultas sosial humaniora, sementara 69 orang lainnya berasal dari fakultas berlatar Saintek. Ini menjadi tantangan tersendiri bagi USK, terutama untuk mendongkrak jumlah profesor dari fakultas sosial humaniora.
Disukai ataupun tidak, jumlah profesor telah dijadikan salah satu indikator inovatif tidaknya sebuah perguruan tinggi. Hal ini selaras dengan fakta, inovasi yang dilahirkan dari perguruan tinggi seringkali berawal dari penelitian para professor ini.
“Karenanya kita menggantungkan harapan kepada seluruh profesor USK, termasuk kelima orang yang dikukuhkan hari ini, terus berkreasi dan berinovasi. Setiap inovasi yang berhasil mereka hasilkan, bukan hanya akan mendongkrak nama USK di pentas keilmuan dunia, akan tetapi juga memperbaiki angka indeks inovasi global negara Indonesia,” pungkasnya. (IA)