Plt Gubernur Aceh, Nova Iriansyah
Jakarta — Pemerintah Aceh akan memperketat kembali penjagaan di pintu perbatasan Aceh – Sumatera Utara (Sumut), seiring adanya lonjakan angka kasus positif Coronavirus Disease 2019 (Covid-19) di Aceh dalam beberapa hari ini.
Pelaksana Tugas (Plt) Gubernur Aceh, Nova Iriansyah mengatakan, ada empat pintu masuk yang akan menjadi titik pengamanan, meliputi Aceh Tamiang, Aceh Tenggara, Kota Subulussalam dan Aceh Singkil. Namun, Pemerintah Aceh juga akan mengkaji aspek hukum serta aspek sosial ekonomi.
“Saya sudah sepakat dengan Forum Koordinasi Pimpinan Daerah (Forkompimda) dan stakeholder yang lain agar keluar sebentar dari zona nyaman, dan kita ketatkan kembali. Karena memang transmisi dari daerah zona merah yang membuat melonjaknya kasus positif di Aceh,” ujar Nova Iriansyah di Jakarta, Selasa (23/6).
Menurutnya, setelah berkoordinasi dengan Forkompimda, skema penyekatan tersebut paling sangat efektif untuk mengantisipasi naiknya grafik positif Covid-19 di Aceh.
“Tapi kita juga nanti akan tanyakan ke stakeholder terlebih dahulu, jadi tidak memutuskan dengan terburu-buru. Satu atau dua hari menyusun skemanya. Sehingga penyekatannya nanti ada yang ketat, sedang dan relatif soft (ringan), tergantung daerah,” kata Nova.
Apalagi, tambahnya, Aceh sudah memiliki pengalaman dalam hal pengamanan di perbatasan Aceh-Sumatera yang dilakukan selama bulan puasa Ramadan hingga Hari Raya Idulfitri lalu.
“Jadi masyarakat sudah terbiasa dengan protokol filter di perbatasan itu, yakni dengan mulai memeriksa surat menyurat, periksa suhu tubuh, pakai masker, cuci tangan, dan kebiasaan itu sudah dilakukan masyarakat sebulan lebih waktu itu. Sehingga menurut saya penyekatan ini tidak lagi menimbulkan shock,” jelasnya.
Dalam hal ini, Pemerintah Aceh juga mencoba menjaring aspirasi masyarakat. Sehingga penyekatan setingkat apa yang akan dibutuhkan dan diterapkan.
“Simulasi itu sedang kita coba dan kerja sama dengan TNI/Polri, serta stakeholder yang lain. Saya lebih melihat penyekatan ini merupakan kebutuhan dan permintaan dari bawah sebenarnya,” sebutnya.
Untuk itu, ia berharap semua stakeholder, Majelis Permusyawaratan Ulama (MPU) mendukung program Pemerintah dalam mengantisipasi Covid-19. Karena, keberhasilan tidak mungkin terjadi tanpa dukungan semua pihak.
“Termasuk dari kerelaan masyarakat untuk keluar dari zona nyaman, seperti tidak duduk di warung kopi secara berdekatan, ke pasar secara berbarengan,” harapnya.
Adapun angka positif Covid-19 di Aceh hingga saat ini sudah 50 kasus. Setelah lonjakan terjadi beberapa hari lalu sebanyak 10 kasus, sembuh 20 kasus, sedangkan 28 kasus masih dirawat dan meninggal dunia 2 orang. (IA)
